Petugas di areal ini mempunyai misi membersihkan kotoran berupa debu hingga lumut yang banyak bersarang. Mereka membersihkannya dengan menyemprotkan air bertekanan tinggi.
"Karena posisinya curam dan licin, harus dilakukan dengan hati-hati,” ujar seorang petugas sambil menyemprotkan air.
Sedangkan sejumlah petugas lainnya, berfokus pada bagian dalam gua.
Bagian ini yang paling menantang. Sebab, cakupan pekerjaannya semakin luas dan harus ekstra hati-hati karena banyak artefak kuno.
Bagian dalam gua tersebut bukan seperti gua pada umumnya yang banyak stalaktit maupun stalakmit.
Di sini berupa ruang yang terdiri dari empat ruangan yang saling terhubung. Ruangannya juga tidak begitu luas.
Ruangan paling luas berdaya tampung sekitar 3 sampai 5 orang yang duduk bersila. Hampir tiap ruangannya mempunyai altar.
Sedangkan ornamennya, cukup banyak. Mulai dari pahatan sebuah patung kepala ular naga di dinding pintu mulut gua hingga relief yang memenuhi dinding ruangan.
Di antara relief itu menggambarkan makara hingga model rumah.
Ira Fatmawati menambahkan, tugas para petugas di dalam gua itu adalah membersihkan jelaga hasil pembakaran dupa maupun lilin.
Dupa dan lilin merupakan medium yang dipakai masyarakat dalam ritualnya di kawasan gua itu.
"Konservasinya dengan membersihkan jelaga sisa pembakaran dupa dan lilin,” lanjut perempuan berhijab ini.
Paparan jelaga tersebut cukup luas hampir memenuhi seluruh ruangan. Dimungkinkan terjadi karena tak ada ventilasi di ruangan sehingga asap terjebak di dinding.
BPKW XI, Jawa Timur, mengkonservasi Gua Selomangleng Kota Kediri, Jawa Timur, medio Juni 2025.Petugas membersihkannya dengan cara menggosok bidang per bidang dinding. Pekerjaan ini cukup rumit karena kontur dinding yang berelief. Banyak lekukan-lekukan kecil.
Namun petugas juga terpaksa menggunakan cairan kimiawi. Itu karena terdapat coretan dari bahan cat, yang cukup sulit dihilangkan secara manual.