Tidak hanya soal rasa dan adonan, pewarnaan juga menjadi tantangan tersendiri.
Tak bisa menggunakan teknik semprot karena seratnya akan hilang, pewarnaan harus dilakukan satu per satu dengan kuas.
"Effort-nya di situ, karena kalau pakai semprotan, hasilnya kurang bagus," imbuhnya.
Baca juga: Meski Nikmat, Batasi Konsumsi Nastar, Kastengel, dan Putri Salju!
Ketika pertama kali diluncurkan pada 15 Desember 2024, Robiatun hanya mampu memproduksi 51 toples sehari secara manual.
Namun, setelah viral di media sosial, khususnya TikTok, permintaan meningkat pesat.
Kini, dengan bantuan mesin, Rumah Kue Obby mampu memproduksi hingga 500 toples sehari.
"Liburan tahun baru, ada hampir 50 orang datang ke toko saya cari nastar apel, dan kami nggak bisa memenuhi semua permintaan. Kasihan mereka sudah jauh-jauh datang," kata perempuan yang sudah 25 tahun itu menggeluti bisnis kue.
Baca juga: Pelaksanaan Shalat Idul Fitri 2025 di Lawang Sewu Semarang: Jadwal, Kuota, dan Gratis
Penjualan online pun berkembang pesat.
Live TikTok menjadi strategi utama, dengan penjualan mencapai 300 hingga 350 pax dalam satu sesi live.
Bahkan, melalui program afiliasi, dalam satu kesempatan, lebih dari 400 toples terjual.
Selain menjadi primadona baru dalam dunia oleh-oleh, nastar apel juga memberi manfaat bagi para petani apel Malang.
Baca juga: Pelaksanaan Shalat Idul Fitri 2025 di Lawang Sewu Semarang: Jadwal, Kuota, dan Gratis
Jika sebelumnya ia hanya membeli 4 kg apel per hari, kini kebutuhannya meningkat drastis hingga 1-2 kuintal per hari.
Ini menjadi bukti bahwa inovasi kuliner juga bisa berkontribusi pada sektor pertanian lokal.
"Saya ingin petani apel juga merasakan manfaat dari tingginya permintaan ini," sambungnya.
Baca juga: Lokasi Shalat Idul Fitri 31 Maret 2025 di Lumajang Jatim
Menjelang hari raya Idul Fitri, tantangan baru muncul.