Sebelumnya, pada tahun 2019, GKI Diponegoro dan Masjid Rahmat Kembang Kuning juga pernah berkolaborasi lewat acara buka bersama.
"Tapi sewaktu Covid-19 2020 sampai 2021, itu kami bersama Masjid Rahmat mengubah acaranya hanya membagikan nasi bungkus untuk berbuka puasa ke tukang becak, sapu jalanan, dan orang-orang miskin," ujarnya.
Sementara itu, alasan pihaknya memilih untuk menyemarakkan sahur bersama karena berkah yang didapatkan akan lebih berlimpah.
"Apalagi dari yang saya dengar, kalau malam ganjil di 10 hari terakhir Ramadhan itu ada qiyamul lail. Jadi kami ingin mengajak para jemaah untuk mencari berkah yang berlimpah ini," ucapnya.
Baca juga: Sejarah Masjid Rahmat Kembang Kuning Surabaya, Masjid Tertua Berusia Lebih dari 600 Tahun
Ia menjelaskan, hubungan kedua kelompok agama itu terjalin sejak tragedi ledakan bom di tiga gereja di Surabaya pada tahun 2018.
Yang mana, pada peristiwa itu, GKI Diponegoro menjadi salah satu sasaran pengeboman gereja di Surabaya.
Baca juga: Massa Tolak RUU TNI di Surabaya Bersamaan dengan Apel Operasi Ketupat
Di tengah keterpurukan tersebut, Masjid Rahmat Kembang Kuning memberikan uluran tangan kepada GKI Diponegoro sebagai sesama umat beragama.
"Sejak saat itu, kami terus merawat hubungan persaudaraan kami melalui beberapa event seperti sahur bersama ini," jelasnya.
Ketua Dua Yayasan Masjid Rahmat Kembang Kuning Surabaya, Roliyono, juga menyampaikan hal serupa.
Ia mengatakan, kegiatan sahur bersama ini untuk saling menguatkan hubungan persaudaraan antar-umat beragama.
"Sejak tragedi itu, kami ingin memberitahukan bahwasanya sebenarnya Islam tidak seperti itu. Meskipun Anda berbeda agama, tapi kita masih dalam satu anak bangsa," tutur Roliyono.
Menurutnya, ada tiga prinsip yang selalu dipegang dalam mengembangkan toleransi antar-umat beragama.
Pertama, ukhuwah islamiyah, yakni persaudaraan antar umat Muslim. Kedua, ukhuwah wathaniyah, sebagai komitmen persaudaraan antar semua masyarakat yang terdiri dari bermacam-macam agama, suku, bahasa, dan budaya. Ketiga, ukhuwah basyariyah yang merupakan prinsip yang dilandasi bahwa sesama manusia adalah bersaudara karena berasal dari ayah dan ibu yang satu, yakni Adam dan Hawa.
"Karena seperti agama Islam itu sifatnya Rahmatan Lil Alamin (artinya rahmat bagi seluruh alam), sehingga kita tidak bisa hidup hanya untuk diri kita atau kelompok kita sendiri," jelasnya.
Dia berharap, kerja sama ini ke depannya dapat terus dikembangkan ke dalam berbagai bentuk kegiatan yang lebih beragam.
"Agar saling tumbuh kerja sama dalam memenuhi kebutuhan berbangsa dan bernegara untuk menguatkan persaudaraan antar-umat beragama dalam membangun kesepahaman dan mencapai kesejahteraan," pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang