Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Delyma 30 Tahun Bersahabat dengan Epilepsi, "Support System" Jadi Kuncinya

Kompas.com, 18 Maret 2025, 22:54 WIB
Azwa Safrina,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

Selain itu, dia juga tidak pernah merasa dikucilkan oleh teman-teman maupun tetangga sekitarnya.

Dirinya tetap bisa menjalankan hari-harinya bersekolah, bermain, bimbel layaknya anak normal seusianya.

Sudah menjadi jadwal rutin setiap satu sampai dua kali dalam sebulan, orang tua Delyma harus datang ke sekolah karena mendapatkan telepon dari gurunya ketika dia pingsan.

“Teman-teman sekolah saya malah bilangnya ‘ya emang kenapa kalau kamu sakit?’, jadi mereka justru mendukung,” ungkapnya.

Bahkan, dirinya pernah kambuh saat sedang bermain sepeda di sekitar kampung. Namun, para tetangganya justru berusaha menolong dan hanya menganggap Delyma pingsan karena terjatuh dari sepeda.

Baca juga: Menjalin Hubungan dengan Penderita Epilepsi, Ini yang Harus Kamu Ketahui

“Mungkin juga karena biasanya saya kambuh itu malam sebelum tidur, itu pun jarang sebulan paling banyak hanya dua kali. Jadi kebanyakan orang juga enggak tahu bagaimana saya kambuh,” ujarnya.

Upayanya untuk mengontrol kejangnya adalah dengan menerapkan 5K, alias tidak boleh kedinginan, kelelahan, kehausan, kelaparan, dan kepikiran (stres).

Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa ia masih merasakan tanda-tanda seperti hendak kejang, salah satunya perasaan tidak enak yang menjadi “alarm” bahwa ia akan kejang.

Biasanya, Delyma selalu langsung menghentikan segala kegiatan dan beristirahat saat tanda-tanda yang dia sebut dengan “aura” itu muncul.

“Tapi pada saat kuliah, saya pernah kambuh lagi. Waktu itu saya dibonceng saudara saya naik motor selepas pulang dari JMP (Jembatan Merah Plaza) karena perubahan suhu di dalam mal yang dingin, sedangkan suhu di luar panas banget."

"Lalu, saya merasakan ‘aura’ itu tadi, akhirnya saya minta minggir, terus ada tukang becak yang juga nolongin,” ujarnya.

“Tapi saat itu untungnya enggak sampai jatuh, jadi begitu minggir saya langsung pegangan tiang. Beberapa menit setelah itu sadar lagi,” lanjut Delyma.

Baca juga: Idap Epilepsi, Arvin Dijauhi Teman, Dianggap Bawa Penyakit Menular

Menurutnya, penting untuk bersikap terbuka tidak hanya kepada keluarga tetapi juga terhadap teman-teman dan tetangga atau masyarakat sekitar.

Memang hal tersebut tidaklah bagi para penyintas. Namun, orang-orang disekitarnya dapat membantu apabila kejangnya kambuh.

“Daripada disembunyikan, kemudian suatu hari kita kambuh di tempat umum dilihat tetangga atau orang lain malah semakin malu. Lebih baik bilang diawal,” ucapnya.

Halaman:


Terkini Lainnya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau