Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menghapus Stigma, Membangun Kemandirian untuk Penderita Epilepsi

Kompas.com, 12 Maret 2025, 11:03 WIB
Suci Rahayu,
Andi Hartik

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Sejak berdiri sebagai komunitas pada tahun 2014 dan kemudian berkembang menjadi yayasan, Lingkar Sosial Indonesia (Linksos) terus berkomitmen untuk mengedukasi masyarakat tentang epilepsi dan mendukung para penderita agar bisa menjalani hidup dengan lebih baik.

Didirikan di Malang, Linksos menjadi ruang aman bagi para penderita epilepsi untuk mendapatkan dukungan, pelatihan, dan kesempatan yang setara dalam berbagai aspek kehidupan.

Founder Linksos, Ken Kerta menjelaskan bahwa epilepsi termasuk dalam kategori disabilitas mental karena dalam jangka panjang bisa menyebabkan gangguan pada fungsi otak dan saraf.

Kondisi ini bukan sekadar masalah kesehatan, tetapi juga berdampak besar pada kehidupan sosial, lingkungan, dan ekonomi penderita.

Baca juga: Jalan Berliku Tri Handayani Sembuhkan Epilepsi Sang Putri

"Epilepsi termasuk dalam bagian disabilitas mental. Orang yang mengalami epilepsi dalam jangka panjang bisa mengalami disabilitas mental. Ini menjadi bagian dari tanggung jawab kami karena kami fokus pada isu disabilitas. Epilepsi juga tidak hanya satu penyakit, tetapi bisa menjadi dampak dari banyak penyakit lain yang mempengaruhi saraf otak," tuturnya kepada Kompas.com.

"Epilepsi ini tidak hanya masalah kesehatan, tetapi juga menyangkut sosial dan ekonomi. Karena itu, kami memberikan dukungan yang menyeluruh, baik kepada penderita maupun keluarganya," imbuhnya.

Baca juga: Epilepsi Sering Disangka Kesurupan, Kenali Penyebab dan Pemicunya

Salah satu program unik yang diinisiasi Linksos adalah kegiatan difabel pecinta alam.

Kegiatan ini bertujuan untuk membuktikan bahwa penderita epilepsi tetap bisa menjalani aktivitas yang selama ini dianggap berisiko, seperti mendaki gunung.

Ken Kerta menyebut adanya mitos bahwa penderita epilepsi tidak boleh dekat dengan air dan api karena dianggap berbahaya jika terjadi kejang.

Namun, melalui kegiatan pendakian, Linksos berusaha mematahkan stigma tersebut dan membuktikan bahwa aktivitas di alam justru bisa menjadi bagian dari proses pemulihan.

"Ada mitos bahwa orang dengan epilepsi tidak boleh dekat dengan air dan api. Padahal, dalam kegiatan di alam terbuka, kedua elemen itu sangat penting. Justru dengan mendaki gunung, mereka bisa mendapatkan pengalaman yang membantu dalam proses pemulihan mereka," ujar pria yang juga sebagai Ketua Pembina Lingkar Sosial Indonesia.

Anggota Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS) foto bersama anggota dan hasil karya batiknya.Dokumentasi Pribadi Anggota Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS) foto bersama anggota dan hasil karya batiknya.

Untuk kegiatan di alam, Linksos memanfaatkan Bukit Tursina di Lawang, Kabupaten Malang, sebagai tempat pelatihan.

Di sana, penderita epilepsi dilatih keterampilan bertahan hidup di alam bebas sambil meningkatkan kepercayaan diri mereka.

Pemberdayaan ekonomi kreatif

Selain mendukung dalam aspek kesehatan dan mental, Linksos juga berupaya menciptakan kemandirian ekonomi bagi penderita epilepsi melalui program ekonomi kreatif.

Sebab, stigma di masyarakat yang menyatakan bahwa penderita epilepsi mudah kambuh membuat mereka sulit mendapatkan pekerjaan.

Sehingga, untuk menjawab tantangan tersebut, Linksos membekali mereka dengan keterampilan membatik dan membuat keset yang bisa dipasarkan.

"Untuk kegiatan ekonomi kreatif, kami memanfaatkan Malang Creative Center sebagai tempat koordinasi dan pelatihan, sementara di Kabupaten Malang, kami menggunakan kantor camat. Selain itu, Bukit Tursina di Lawang juga kami manfaatkan sebagai tempat latihan pecinta alam sekaligus ekonomi kreatif," kata Ken Kerta.

Hasil karya berupa batik dan keset buatan para penderita epilepsi telah dipasarkan ke berbagai tempat, termasuk melalui kerja sama dengan Hotel Ibis di Malang.

Produk-produk tersebut mendapat respons positif dari pasar dan menjadi bukti bahwa penderita epilepsi mampu berkontribusi dalam dunia kerja dan industri kreatif.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau