"Kalau pakai QRIS, kayaknya malah menghilangkan tradisi karena Lebaran itu identik dengan uang baru. Kalau pakai QRIS, mungkin buat yang besar-besar ya, tapi kalau bocil-bocil enggak deh," imbuhnya.
Baca juga: Informasi Penting, Ini Cara Penukaran Uang Baru 2025 di Bank Indonesia
Ayu Damayanti, seorang pegawai swasta, juga tidak pernah melewatkan tradisi tukar uang baru setiap tahunnya.
"Kenapa harus uang baru? Karena ini mengingatkan aku ke masa kecil. Dulu paling senang kalau dapat uang baru. Disimpan rapi, ada kepuasan sendiri."
"Jadi aku pengen bikin Lebaran menyenangkan untuk anak-anak. Momen yang mereka tunggu-tunggu," kata perempuan yang biasa disapa Yeu ini.
Ayu menukarkan uangnya dalam pecahan Rp 5.000, Rp 10.000, Rp 20.000, dan kadang patungan Rp 50.000 dengan teman-temannya.
"Patungan ini dalam satu bendel enggak ditukar semua, jadi kita bagi-bagi dengan teman lain. Karena pasti banyak peminatnya kalau uang baru. Apalagi kalau tukarnya satu bendel, kan berasa nominal duitnya," ujarnya.
Tradisi tukar uang baru memang selalu menjadi momen yang dinanti setiap Ramadhan, memberikan kebahagiaan bagi anak-anak dan tantangan tersendiri bagi orang dewasa.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang