“Mungkin di sini kan banyak orang Arab, jadi dulu jajanan dikenalin sama mereka. Akhirnya eksis sampai sekarang,” tutur dia.
Bertebarnya jajanan khas Timur Tengah tersebut memang tak lepas dari sejarah panjang perjalanan masyarakat Arab yang mulai masuk ke Tanah Air, terutama menjamah kawasan Sunan Ampel Surabaya.
Hal ini dikonfirmasi oleh akademisi Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Niken Purwidiani.
Menurutnya, makanan khas di Sunan Ampel tak lepas dari pengaruh Sang Wali. “Oleh karena itu, makanan-makanan yang dijual di sekitar makamnya banyak dipengaruhi oleh kuliner Arab dan Timur Tengah,” ujar dia.
Baca juga: Berburu Takjil Naik Sapi, Ada di Ponorogo
Selain roti maryam yang khas, martabak Madura juga menjadi idola dan banyak ditemui di kawasan Ampel.
Sebab, selain masyarakat Arab, daerah ini juga didominasi oleh penduduk yang berasal dari Pulau Madura.
“Surabaya, tempat Makam Sunan Ampel berada, adalah kota pesisir yang memiliki kuliner yang khas."
"Martabak Madura adalah salah satu contoh kuliner khas pesisir yang populer di Surabaya,” kata Niken.
Baca juga: Martabak Terang Bulan, 40 Tahun Jadi Saksi Cinta Ismail dan Yurnita
Baginya, Surabaya memiliki tradisi kuliner lokal yang kaya, dan makanan-makanan seperti Roti Maryam, Samosa, dan Martabak Madura adalah bagian dari tradisi tersebut.
“Pedagang di sekitar Makam Sunan Ampel mungkin telah menjual makanan-makanan ini selama bertahun-tahun, sehingga menjadi bagian dari identitas kuliner lokal,” sebut dia.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang