SURABAYA, KOMPAS.com - Wajah Sudjani berseri-seri, Selasa(21/1/2025). Di antara gemerlap lampion merah dan kilau ornamen ular kayu yang memenuhi lapaknya di Pasar Atom Surabaya, ia tak henti mengucap syukur.
Baginya, pembatalan kenaikan pajak 12 persen adalah "angpao" terindah dari pemerintah menjelang Imlek 2576 ini. Sebab, kenaikan pajak sebesar itu, dianggap akan merugikan banyak pedagang dan pelanggan.
Sehingga, penjual pernak-pernik Imlek ini mengungkapkan kegembiraannya yang amat besar itu.
"Sebagai pedagang, ya banyak kemajuan karena kenaikan pajak yang 12 persen itu dibatalkan. Otomatis harga juga bisa ditekan lebih murah," ujarnya sambil menata deretan lampion yang baru saja ia keluarkan dari kardus.
Baca juga: Sambut Imlek 2025, Pemkot Semarang Hiasi Kota dengan Ratusan Lampion
Di pasar yang dijuluki "surga pernak-pernik Imlek terbesar se-Asia Tenggara" ini, cerita Sudjani adalah potret sebuah harapan. Harapan yang tumbuh dari kebijakan sederhana, namun dampaknya mengalir hingga ke sudut-sudut terjauh Nusantara.
Ketika memasuki Pasar Atom, nuansa Imlek sudah begitu kental. Pernak-pernik dan ornamen ala Tionghoa terpajang sepanjang mata memandang. Mengundang para pembeli dari arah mana pun.
Suasana Pasar Atom Surabaya pada Selasa (21/1/2025)Pembeli yang datang pun berasal dari berbagai penjuru. Ada yang dari Samarinda hingga pelosok Kalimantan. Harga yang lebih terjangkau membuat mereka bisa membawa pulang lebih banyak berkah untuk keluarga di kampung halaman.
"Antusiasme masyarakat luar biasa. Barang-barangnya terjangkau karena murah, dan banyak update barang baru," tambah Sudjani.
Baca juga: Doa Umat Khonghucu untuk Lampung Jelang Imlek, Hujan Bawa Kemakmuran, Bukan Bencana
Di tengah koridor pasar yang semakin sesak oleh pengunjung, tampak jelas bahwa 60 persen hiasan dan ornamen yang dijual di pasar itu adalah kiriman langsung dari China.
Segala ornamen yang identik dengan perayaan Imlek membuat mata siapa pun terpana lantaran coraknya yang khas.
Namun, bukan sekadar barang impor yang membuat tempat ini istimewa. Ada kepercayaan yang mengakar kuat. Yakni dengan memperbarui dekorasi rumah saat Imlek bisa mendatangkan hoki karena didatangi oleh Dewa Rezeki.
Dan, dari situlah alasan mengapa banyak pengunjung yang berbondong-bondong membeli perlengkapan menjelang Imlek. Di waktu-waktu seperti ini, Pasar Atom tidak akan pernah sepi.
"Ramainya akan terus sampai tiga hari menjelang Imlek," prediksi Sudjani.
Matanya seketika berbinar menatap kerumunan pembeli yang berebut memilih hiasan ular kayu, shio tahun ini, yang dipercaya membawa keberuntungan khusus.
Pada akhirnya, di balik kesibukan jual-beli ini, tersimpan kisah tentang bagaimana sebuah kebijakan ekonomi bisa menghangatkan perayaan budaya.
Pembatalan kenaikan pajak bukan sekadar angka. Pembatalan ini juga termasuk langkah memudahkan masyarakat mempertahankan tradisi di tengah tekanan ekonomi.
Saat matahari mulai condong ke barat, Sudjani masih sibuk melayani pembeli. Sesekali ia membantu mereka merekam ucapan selamat tahun baru.
"Setiap pelosok pasti banyak yang masih merayakan Imlek. Mereka semua berdatangan khusus untuk mencari barang Imlek," ujarnya bangga.
Kisah Pasar Atom dan para pedagangnya seperti Sudjani mengingatkan kita bahwa terkadang, berkah datang dalam bentuk yang sederhana.
Dalam hal ini, sebuah kebijakan pajak yang berdampak pada senyum lebih banyak orang, tepat di penghujung Tahun Ular Kayu ini.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang