SURABAYA, KOMPAS.com - Terkadang kebahagiaan datang dari hal-hal sederhana yang tidak terduga. Hal itulah yang dialami Martini Setiyowati (56), yang menemukan keceriaan barunya lewat sepiring kue lumpur, setelah hampir 30 tahun berkutat dengan jarum dan benang.
Di teras rumahnya di Jalan Pacuan Kuda, Surabaya, Rabu (15/1/2025), wanita yang akrab disapa Bu Martini ini dengan cekatan menuang adonan kue lumpur ke dalam cetakan berlubang tujuh.
Tangannya yang terampil, warisan dari puluhan tahun menjadi penjahit, kini beralih mengaduk adonan dan menghias kue-kue mungil yang menggoda selera.
Baca juga: Wayang Potehi: Merajut Cerita, Spiritualitas dan Doa
Perjalanan Bu Martini dalam dunia menjahit dimulai sejak usia belia. Tanpa mentor khusus, gadis kecil berusia 12 tahun saat itu belajar secara otodidak, menggerakkan jarum dan benang dengan penuh determinasi.
"Tidak ada yang menginspirasi, datang dari diri sendiri. Saya memang tertarik untuk menambah keterampilan biar lebih mandiri," kenangnya sambil tersenyum.
Baca juga: Mendol, Kuliner Khas Malang yang Sederhana tetapi Memikat
Pada tahun 1987, tekadnya untuk mengasah kemampuan semakin kuat. Bu Martini memutuskan untuk mengambil kursus menjahit formal, memperkuat fondasi yang telah ia bangun secara otodidak.
Keputusan ini mengantarkannya pada karier profesional yang bertahan selama hampir tiga dekade, dari 1990 hingga 2018.
"Saya sudah jenuh dengan kesunyian. Menjahit butuh konsentrasi tinggi dan harus di tempat yang sepi. Padahal saya ini orangnya suka ngobrol dan berinteraksi dengan orang lain," ungkapnya menjelaskan alasan perubahan kariernya.
Setelah meninggalkan dunia jahit-menjahit, Bu Martini sempat mencoba peruntungan di bidang kuliner dengan berjualan nasi selama lima tahun.
Namun, rupanya ini bukanlah pelabuhan terakhir baginya. Keputusan untuk beralih ke bisnis kue lumpur datang secara tidak terduga di tahun 2023.
"Waktu di perjalanan, saya sedang berpikir mau buka usaha apa yang bisa membuat saya berinteraksi dengan orang lain, yang tidak mengharuskan saya terkurung di dalam rumah. Tiba-tiba mata saya tertuju pada penjual kue lumpur. Seketika itu juga saya teringat kalau saya bisa membuat kue ini," jelasnya mengenang momen pencerahan tersebut.