SIDOARJO, KOMPAS.com - Dengan kostum berumbai cerah dan penuh makna, tim Barongsai Dharma Bhakti Sidoarjo mulai bersiap latihan, Senin (20/1/2025).
Satu barongsai diisi dua pemain. Mereka melompat dan menunduk menirukan gerakan singa dan naga. Gerakan Sing Li atau memberikan penghormatan menjadi pembuka.
Sementara penabuh dari tiga instrumen drum, simbal dan gong mengiringi gerakan dan manuver dari barongsai tersebut.
Baca juga: Melihat Pembuatan Barongsai di Sidoarjo, Berkualitas dengan Bulu Domba Asli
Barongsai bukan hanya tarian tradisional yang terus dihidupkan masyarakat Tionghoa, tetapi kini juga menjadi salah satu cabang olahraga. Sehingga fisik sangat diutamakan.
“Latihan fisik terutama di kuda-kuda lalu lompat. Kalau lompat untuk pemain kepala. Kekuatan tangan, push up untuk pemain ekor,” kata pelatih tim Barongsai Dharma Bhakti, Julius Setiawan kepada Kompas.com di sela latihan di Perumahan Pondok Jati, Sidoarjo, Jawa Timur, Senin.
Baca juga: Pesanan Pengrajin Barongsai di Semarang Meningkat hingga 200 Persen Jelang Imlek
Ada pemain kepala, ada juga pemain ekor. Kedua posisi ini sama pentingnya karena tugas mereka bukan hanya sekadar menggerakkan tubuh tetapi juga menahan beban dan berekspresi.
“Teknik barongsai yang paling susah ekspresi (pemain kepala). Biar dia kelihatan hidup, dia harus tahu ekspresi kepala itu seperti apa kalau lihat air, mengaca, mengendus itu gimana,” terang Julius.
Tak kalah sulitnya bagi penari. Pemusik harus mengerti setiap lagu yang dimainkan serta menyesuaikan ritme antara musik dan gerakan barongsai.
“Kalau untuk pemain barongsai cepat bisanya. Tapi kalau untuk pemain musik itu harus tahu lagunya dan ritmenya, dan tidak semua pemain bisa,” imbuhnya.
Dari 50 pemain barongsai yang dimiliki Dharma Bhakti Surabaya, hanya 4 pemain yang lihat menabuh drum, simbal dan gong.
Selain itu, seorang yang awam akan jago menari barongsai membutuhkan waktu sekitar satu tahun untuk berlatih sampai memahami teknik dan gerakan barongsai.
“Saya dulu waktu SD gemuk, tetapi ketika SMP badan saya langsung kurus karena main barongsai. Karena barongsai itu sama seperti olahraga, menjaga kebugaran juga,” ucap pria 35 tahun tersebut.
Dalam seminggu, Dharma Bhakti konsisten latihan sebanyak tiga kali. Meski menjelang Imlek, Julius tidak menambah porsi latihan untuk menjaga stamina pemain karena banjirnya orderan tampil.
“Tanggal 28 Januari itu ada 4-5 restoran, kemudian tanggal 29 di Bandara Juanda Sidoarjo kami kan berkeliling di area terminal,” ucapnya.
Tidak hanya saat momen Imlek, tim Barongsai Dharma Bhakti juga kerap tampil di berbagai acara seperti sunatan sampai tempat wisata.