Selama pembacaan selawat, Ummu Zahra dituntun untuk menapaki tujuh kue tetal dan wajik, serta melewati tangga tebu sebanyak lima kali.
KH Chozin Aliwafa, salah satu tokoh masyarakat yang memimpin prosesi, menjelaskan bahwa kue wajik dan tetal sebanyak tujuh biji melambangkan perjalanan Nabi Muhammad SAW ke langit ketujuh dalam peristiwa Isra’ dan Mi’raj.
"Naik turunnya lima kali, sebagai simbol perintah shalat dalam Islam, yang dikerjakan lima waktu dalam sehari, dengan harapan anak ini nantinya rajin menjalankan ibadah shalat lima waktu," ungkapnya.
Setelah menapaki tangga, anak Taufik dituntun untuk memilih salah satu dari beberapa barang yang diletakkan dalam anyaman tampah, yang berisi kitab suci Al-Quran, alat tulis, jagung, uang, dan baju.
Baca juga: Tedak Siten, Upacara Adat Jawa Tengah, Tujuan, Latar Belakang, dan Prosesi
Kyai Chozin menambahkan bahwa setiap barang tersebut mengandung simbol doa orang tua.
Ummu Zahra memilih alat tulis, yang berarti harapan orangtuanya agar dia menjadi anak yang pandai dan cerdas.
"Itu berarti perwujudan doa dan harapan orangtuanya semoga kelak dia menjadi orang yang pandai dan cerdas," pungkasnya.
Setelah semua prosesi selesai, Kyai Chozin memimpin doa dan semua kue yang ada dibagikan kepada sanak saudara untuk dinikmati bersama.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang