Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencicipi Tepo Tahu, Panganan Lawas yang "Original" dari Magetan

Kompas.com, 26 November 2024, 05:49 WIB
Sukoco,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

MAGETAN, KOMPAS.com – Mbah Yanti (75), warga Desa Pacalan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur terlihat cekatan mengiris tepo -semacam lontong namun ukurannya lebih besar dengan bugkus daun pisang- dan menempatkannya di atas piring.

Lalu, tahu dan tempe goreng yang masih mengepul karena baru diangkat dari penggorengan diiris menjadi bagian lebih kecil.

Irisan tempe dan tahu yang panas tersebut kemudian ditempatkan di atas tepo, lalu ditutup dengan rebusan tauge dan daun seledri.

Adonan tersebut kemudian disempurnakan dengan kecap manis, dan terakhir disiram campuran air bawang dan sedikit minyak.

Baca juga: Tahu Tepo Kecap Madiun: Pedasnya Nendang, Lembut Manjakan Lidah

“Ini namanya tepo tahu original, asli dari mbah buyut saya. Saya keturunan ke tiga menjual tepo tahu di pasar sini,” ujar Yanti di balik meja pikul di belakang Pasar Plaosan, Kabupaten Magetan, Minggu (24/11/2024).

Yanti mengaku sudah 41 tahun menjual tepo tahu di pasar Plaosan, dan telah berpindah-pindah tempat jualan sebanyak tujuh kali.

“Sejak jaman pasar ada beringin besar dulu sudah jualan di situ. Terus beberapa kali pindah karena pasar dibangun, dan terakhir pindah karena pasar kebakaran kemarin. Pembeli tahu nyari saya di mana,” kata dia.

Tak ada penguat rasa, semua dibuat sendiri

Yanti mengaku, hampir semua bahan pembuatan tepo tahu original jualannya dimasak sendiri.

Semua bahan sudah dipersiapkan sejak sore hari dengan pembuatan tepo yang dibuat dengan pilihan beras sari hasil panen sawah miliknya sendiri, atau tetangganya.

Daun pisang sebagai pembungkus tepo juga dipilih dari daun pisang klutuk yang akan membuat hasil teponya lembut dan gurih dengan beraroma wangi daun pisang.

“Beras dari hasil panen sendiri itu akan menghasilkan tepo yang empuk dan gurih dan bungkus daun pisangnya juga pengaruh pada wangi tepo,” kata dia.

Baca juga: Menguak Rahasia Kuah Pekat Rawon Subedo, Kuliner Khas Surabaya

Tak kalah penting bahan tepo tahu original Mbah Yanti adalah sambal kacang tanpa cabai sebagai ciri khas tepo tahu jualannya -yang juga diracik sendiri.

Bahannya adalah kacang tanah yang disangrai dengan campuran bawang putih, garam tanpa gula merah, sehingga sambalnya berwarna putih.

Sambal tersebut sangat memengaruhi cita rasa tepo tahu jualannya. Sementara, bahan lain seperti tauge dan daun seledri biasanya dia beli dipasar.

“Sambal kacang tanpa cabai kita ambil untuk rasa gurihnya,” ucap dia.

Ciri khas lain dari tepo tahu ini adalah tahu dan tempe yang digoreng langsung saat ada pembeli, sehingga rasa gurih dari tahu dan tempe terasa kuat saat disantap.

Kecap untuk memberikan rasa manis juga dipilih kecap tawon yang sudah menjadi langganan kakeknya sejak jaman dahulu.

“Untuk kecap ini juga kecap jaman kakek saya jualan, karena rasa kecap itu mendukung campuran sambal kacang dan tahu serta tempenya."

"Yang membedakan tepo tahu saya adalah tidak menggunakan penguat rasa, hanya menggunakan bawang putih," sambung dia.

Baca juga: Uniknya Asal-usul Nama Lontong Balap di Surabaya, Siapa yang Balapan?

Halaman:


Terkini Lainnya
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Surabaya
Pelaku Pungli 'Uang Pengawalan' Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Pelaku Pungli "Uang Pengawalan" Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Surabaya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Surabaya
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar 'Uang Pengawalan', Penyandera Ditangkap
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar "Uang Pengawalan", Penyandera Ditangkap
Surabaya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau