Berpasangan dengan pengacara asal Surabaya, Rahmat Santoso, mereka secara mengejutkan mengalahkan pasangan petahana Rijanto-Marhaenis Urip Widodo yang didukung koalisi mayoritas partai politik.
Alhasil, Rini pun tampil sebagai perempuan pertama yang menjadi Bupati Blitar untuk periode 2020-2024.
Selama sekitar 4 tahun kepemimpinannya, sejumlah isu tidak sedap sempat menerpa, yakni penyewaan rumah pribadinya sebagai rumah dinas wakil bupati.
Kemudian, keberadaan Tim Percepatan Pembangunan dan Inovasi Daerah (TP2ID) yang dinilai memiliki kekuasaan terlalu besar pada jalannya roda pemerintahan.
Sejumlah fraksi di DPRD Kabupate Blitar sempat memproses penggunaan hak interpelasi dan hak angket atas kedua isu tersebut namun berhenti di tengah jalan.
Baca juga: Soal Aksi Sebar Uang Saat Pendaftaran Pilkada Blitar, Bawaslu Selidiki
Kepemimpinan Rini juga diwarnai gagalnya komunikasi dengan Rahmat Santoso yang berujung pada pengunduran diri Rahmat dari kursi Wakil Bupati Blitar.
Rini juga pernah menghadapi aksi unjuk rasa wartawan Blitar Raya yang memprotes ketertutupannya pada media.
Sebelum terjun ke politik, Rijanto menjalani kariernya selama puluhan tahun sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Blitar sejak 1975.
Pada puncak kariernya sebagai birokrat senior, pria kelahiran Blitar 71 tahun lalu ini tercatat sempat menduduki jabatan sebagai Plt kemudian Plh Direktur PDAM Kabupaten Blitar dalam kurun 2003-2007.
Pada periode yang sama, alumni SMA Negeri 1 Kota Blitar itu juga tercatat menjabat sebagai Kepala Satpol PP Kabupaten Blitar.
Selanjutnya, ayah dua anak itu menjabat sebagai Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi pada periode 2005-2007, lalu Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar periode 2007-2010.
Alumni Akademi Pemerintahan Dalam Negeri yang lulus 1980 itu terjun ke arena politik untuk pertama kalinya ketika mendampingi petahana Bupati Blitar Herry Noegroho memenangkan Pilkada Kabupaten Blitar yang berlangsung akhir 2010.
Baca juga: Daftar Pilkada Blitar, Rijanto Dibonceng Pakai Harley dan Sebar Uang di Jalan
Setelah satu periode menjadi Wakil Bupati Blitar, Rijanto maju sebagai calon bupati.
Ia menggandeng Ketua DPRD Kabupaten Blitar Marhaenis Urip Widodo yang juga Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDI-P pada Pilkada 2016. Mereka melawan “kotak kosong”.
Pada Pilkada 2020, pasangan petahana Rijanto-Marhaenis yang didukung koalisi besar partai politik yang menguasai total 66 persen dari 50 kursi yang ada di DPRD kalah oleh pasangan lawan Rini Syarifah-Rahmat Santoso.
Kekalahan mengejutkan itu juga menjadi kekalahan pertama PDI-P sejak Reformasi 1998 dalam perebutan kursi Bupati Blitar.
Kekalahan yang juga berujung pada keluarnya Marhaenis dari PDI-P dan “menyeberang” ke partai lawan, PKB.
Ditinggalkan Marhaenis, PDI-P Kabupaten Blitar memilih Rijanto sebagai Ketua DPC sejak 2021.
Kini, dalam Pilkada Serentak 2024 Kabupaten Blitar, Rijanto kembali maju. PDI-P yang kehilangan 3 kursi di DPRD Kabupaten Blitar sebagai pengusung dan mendapat dukungan koalisi partai politik yang lebih sedikit, yakni 48 persen dari total 50 kursi DPRD.