Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Tradisi Toron yang Dilakukan Warga Madura Jelang Iduladha

Kompas.com, 16 Juni 2024, 05:00 WIB
Taufiqurrahman,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

PAMEKASAN, KOMPAS.com - Warga Madura telah lama menjalankan tradisi Toron atau pulang kampung.

Tradisi ini memiliki dua tujuan. Pertama, pulang kampung untuk merayakan tiga hari besar Islam seperti Iduladha, Idulfitri, dan maulid Nabi. Tujuan kedua, menyambung silaturahmi dengan sanak keluarga.

Baca juga: Tradisi Toron Warga Madura Jelang Iduladha, Lalu Lintas Suramadu Padat

Pengajar Ilmu Sosial Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura, Syukron Romadhon menjelaskan, Toron dilakukan oleh orang Madura yang berada di perantauan.

"Sebelum ada Jembatan Suramadu, Madura dianggap sebagai subordinat dari pulau Jawa, sehingga Toron itu dimaknai turun dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah," kata Syukron melalui sambungan telepon, Sabtu (15/6/2024). 

Toron dalam arti perayaan hari-hari besar Islam di Madura yakni bahwa orang Madura yang merantau, pulang ke kampung halaman untuk merayakannya.

Untuk pulang kampung, dibutuhkan bekal yang cukup karena di kampung halaman akan dihadapkan pada perayaan. 

Baca juga: 5 Kearifan Lokal di Jawa Timur, Ada Upacara Kasada dan Toron

"Kalau tidak punya bekal yang cukup, orang Madura tidak toron saat perayaan hari besar Islam. Namun Toron dalam arti silaturahmi, tidak harus memiliki bekal yang banyak karena hanya bertemu sanak famili," ujar Syukron. 

Pria yang juga Kepala Program Studi Ilmu Sosial IAIN Madura ini mengungkapkan, ketika Toron saat Iduladha, warga Madura menyebutnya sebagai Tellasan Rajâ atau hari raya besar. Selain berhari raya, orang Madura akan bersilaturahmi kepada keluarganya yang naik haji.

"Setelah Iduladha, orang Madura akan silaturahmi dengan kerabatnya yang baru pulang haji. Sehingga, Iduladha juga disebut Tellasan Rajâ," ungkapnya. 

Baca juga: 11 Anak Tersangka Kericuhan Suporter di Jembatan Suramadu Dibebaskan

Menurut Syukron, tradisi orang Madura merantau itu tidak lepas dari sejarah Madura masa lalu.

Sebelum kerajaan Majapahit berdiri, Adipati Sumenep sebagai pemangku kerajaan tua di ujung timur Madura, telah mengerahkan orang-orang Madura untuk membantu Raden Wijaya membabat Hutan Tarik di wilayah Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur untuk mendirikan Kerajaan Majapahit. 

"Orang Madura yang membantu mendirikan Kerajaan Majapahit, ikut tinggal di sekitar keraton. Saat rindu kampung halaman, mereka Toron ke Madura," katanya.

Baca juga: Fakta Rumah Kontainer di Perairan Bangkalan Roboh, 1 Pencari Besi Tewas dan 7 Hilang 

Tradisi itu kemudian dilanjutkan oleh pemerintahan VOC saat membangun proyek jalan Anyer-Panarukan.

Di wilayah timur pulau Jawa, banyak orang Madura yang dikerahkan untuk bekerja rodi oleh VOC. Hal itu kemudian melahirkan keturunan orang Madura bercampur Jawa atau dikenal dengan Madura Pendalungan.  

"Di Jawa kemudian ada istilah orang Madura swasta. Artinya, orang Madura yang tinggal di Jawa, tapi tradisinya, adat dan istiadatnya masih Madura," tandasnya. 

Baca juga: Mengapa Orang Madura Melakukan Toron Tiap Jelang Idul Adha?

Karakteristik alam yang kurang subur, menuntut orang Madura merantau untuk memperbaiki ekonominya. 

"Orang Madura yang sukses ekonominya di perantauan, akan Toron dengan penampilan yang berbeda. Seperti bawa mobil, banyak memakai perhiasan dan membagi-bagikan uang sebagai sedekah kepada sanak familinya," terang Syukron. 

Bahkan, saat perayaan Maulid Nabi, orang Madura yang Toron akan mengundang tetangganya dengan acara pengajian, kemudian dibagikan berbagai macam hidangan kepada para undangan. 

"Ada yang bagi-bagi beras sekarung, bagi-bagi uang, makanan, buah-buahan, alat dapur, pakaian dan alat-alat lainnya," ujarnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau