KOMPAS.com - Plt Bupati Sidoarjo, Subandi, mengancam bakal menutup Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Mahdiy jika pemiliknya, Hidayatullah, terbukti melakukan pelecehan seksual kepada santrinya.
Subandi mengatakan akan memanggil pemilik ponpes yang berada di Dusun Ngemplak, Desa Pagerwojo, Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo tersebut, dalam waktu dekat.
"Sebagai pimpinan daerah, kalau ada persoalan pondok pesantren, nanti coba kami panggil, kami komunikasi," kata kata Subandi di Pendopo Delta Wibawa Sidoarjo, Jumat (21/6/2024).
Baca juga: Diduga Lecehkan Santri, Polisi Akan Panggil Pemilik Ponpes Al-Mahdiy Sidoarjo Pekan Depan
Nantinya, Subandi akan memastikan pria yang dilaporkan ke Polresta Sidoarjo tersebut bersalah atau tidak. Jika terbukti melakukan pelecehan seksual maka ponpesnya akan ditutup.
"Kalau dia (pemilik Al-Mahdiy) melakukan asusila ya kita tutup, biarkan nanti pihak berwenang yang melakukan. Kami cabut izinnya, biarkan nanti semua ponpes berhati-hati," jelasnya.
Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tersebut menilai, ponpes didirikan untuk menyebarkan agama. Sedangkan, tindakan pelecehan seksual sudah jauh dari moralitas.
"Mendirikan pondok tujuannya satu, membangun potensi anak. Orang tua menitipkan ke ponpes untuk membangun pondasi agama, tapi pengasuh pondok pesantren tidak memiliki moral," jelasnya.
Selain itu, kata dia, ancaman penutupan tersebut sebagai pelajaran bagi ponpes lain yang ada di Sidoarjo. Dengan demikian, para pengasuh bakal semakin berhati-hati dalam bertindak.
"Kalau (pelecehan seksual) itu nanti kita biarkan tentunya akan merembet ke mana-mana, termasuk pondok pesantren lain yang ada di Sidoarjo," ujarnya.
Baca juga: Santri Diduga Dilecehkan, Warga Pasang Spanduk Protes di Ponpes Sidoarjo
Diberitakan sebelumnya, warga Dusun Ngemplak, Desa Pagerwojo, Buduran, Sidoarjo, memasang sejumlah spanduk yang ditujukan kepada Ponpes Al-Mahdiy, usai dilaporkan dalam perkara pelecehan seksual.
Berdasarkan pantauan Kompas.com, tampak sejumlah banner masih terpasang di depan Ponpes Al-Mahdiy. Spanduk itu merupakan bentuk protes setelah salah satu santri diduga menjadi korban tindak asusila.
"Tutup secepatnya Ponpes Al Mahdiy karena sudah meresahkan warga, tidak ada kata damai untuk tindak asusila, usir pengasuh Ponpes Al Mahdiy dari Desa Pagerwojo," tulis sejumlah banner yang terpasang.
Mengenai hal tersebut, Ketua RT setempat, Budi Setiawan mengatakan, banner itu dipasang warga pada Kamis (20/6/2024) malam.
Itu mereka lakukan setelah mengetahui ada seorang santri jadi korban pelecehan seksual.
"Dia (pemilik Ponpes Al Mahdiy) melakukan pelecehan seksual kepada santrinya, itu yang membuat warga marah," kata Budi kepada media saat ditemui di rumahnya, Jumat (21/6/2024).