Kapolsek Banyuwangi AKP Kusmin mengatakan bahwa korban kemungkinan sudah meninggal empat hari sebelumnya. Bahkan, kulit korban dikabarkan sudah mengelupas dan dipenuhi belatung.
Menurut Kusmin, putra korban kini dibawa ke rumah sakit untuk mendapat perawatan karena ketika ditemukan dia dalam kondisi lemas.
"Kemungkinan sudah berhari-hari tidak makan," ujar Kusmin.
Baca juga: 10 Siswa Difabel di SLB Negeri 1 Jayapura Terima Bantuan Beasiswa dari PT Angkasa Pura 1
Suasana di sekitar rumah yang dulu ditempati Siti dan Daniel selama hampir empat tahun terkesan sepi dan sunyi. Jalan dua arah yang menyusuri komplek Jalan Raung RT 4/RW 3, Kelurahan Singotrunan, Banyuwangi juga tak banyak dilalui kendaraan.
Rumah beratap genteng berwarna cokelat itu cukup tertata rapi, dengan kusen jendela dan pintu berwarna biru muda. Pintu itu kini tampak digembok.
Di depan rumah itu terdapat rempah-rempah yang biasa dijual Siti Komariyah di Pasar Blambangan.
Budi, warga yang menyewakan rumahnya kepada Siti dan Daniel sejak Maret 2021, mengatakan bahwa ia hanya pernah bertemu dengan Siti saat ia datang untuk melakukan pembayaran. Tapi, tidak pernah bercakap-cakap lebih dalam.
Baca juga: Hak Penyandang Disabilitas Belum Terpenuhi dalam Rekrutmen PPPK Gorontalo
Sebab, Siti seringkali menghabiskan harinya berdagang di pasar.
“Jadi jam 03.00 pagi biasanya dia ke pasar, pulang belikan nasi buat anaknya. Enggak tahu jam berapa pulang, lalu malamnya menyiapkan makanan. Ia berjalan rempah-rempah,“ kata Budi.
Ia terakhir melihat Siti dua minggu yang lalu. Saat itu, pedagang pasar tersebut sudah terlihat kurang sehat.
“Pucat mukanya. Tapi kayaknya memang sakit. Kurus badannya, sudah pucat dan lemas,“ ungkap Budi.
Istri Budi sempat menyarankan agar Siti istirahat. Mereka tidak pernah bertemu Siti lagi setelah itu.
Rumah di kiri-kanan dan depan-belakang ditempati oleh warga, namun semua pintu warga tertutup rapat.
Baca juga: Mensos Risma Menangis Ceritakan Pengusaha yang Terima Pekerja Penyandang Disabilitas
Salah satu tetangga yang enggan disebutkan namanya mengatakan bahwa Siti jarang terlihat di acara pertemuan warga, hanya ketika ada acara besar seperti halal-bihalal. Meski begitu, Siti selalu membayar iuran untuk arisan atau keperluan komunitas lainnya.
Sementara Daniel, menurut tetangga tersebut, jarang sekali diperbolehkan keluar rumah oleh ibunya.
“Tidak pernah keluar sama sekali, saya tidak pernah bertemu putranya. Kalau ibunya sekilas lewat saat di masjid. Sekadar sapa saja, mengobrol tidak pernah, makanya tidak terlalu kenal,“ ujar tetangga yang enggan disebut namanya.
Ia mengetahui tentang putra Siti, Daniel, yang berkebutuhan khusus dari tetangga yang rumahnya tepat di samping Siti.
“[Daniel] memang tidak bisa bicara, [dia] pakai bahasa isyarat. Jalannya juga enggak terlalu bisa, kalau ngomong enggak bisa. Bisanya nangis. Ketika mandi dia juga dimandiin ibunya. Kadang mandi itu menangis, jadi kedengaran sampai kamar belakang,“ ujarnya.
Oleh karena itu, ia merasa aneh bahwa tidak ada yang pernah memberitahu tentang keberadaan Daniel kepada Dinas Sosial untuk diberikan bantuan atau dukungan.