Baju ini dikenakan dengan bawahan berupa celana yang disebut dengan gomboran.
Sementara aksesori yang dikenakan berupa penutup kepala dengan bahan dasar kain yang disebut odheng.
Dikenakan pula sarung kotak-kotak, sabuk katemang, senjata tradisional suku Madura berupa sabit atau celurit, dan trompa atau alas kaki.
Sementara pakaian adat Suku Madura untuk perempuan adalah kebaya rancongan dan baju aghungan.
Busana tersebut dikenakan dengan bawahan yang berupa sarung batik dengan motif storjan, lasem, dan tabiruan.
Selain bahasa dan baju adat, Suku Madura juga memiliki rumah adat yang disebut Taneyan Lanjhang.
Taneyan Lanjhang berasal dari kata taneyan yang berarti halaman dan lanjhang yang berarti panjang, sehingga secara utuh berarti halaman yang panjang.
Taneyan Lanjhang sebetulnya merupakan pola permukiman yang berjajar memanjang dari timur ke barat.
Bangunan rumah sesuai dengan jumlah anak perempuan akan dibangun menghadap ke selatan. Sementara bangunan utama atau rumah Tongghu berada paling barat.
Di ujung barat akan ada langgar atau surau, dan di sebelaaah timur akan ada kandang ternak.
Bangunan dapur dibangun menghadap utara, dengan arah berhadap-hadapan dengan rumah.
Semua bangunan tersebut akan dibatasi pagar tanaman hidup dengan pintu berada di timur halaman.
Masyarakat Suku Madura memiliki beberapa tradisi khas yang telah dilakukan turun-temurun sejak zaman nenek moyang.
Karapan Sapi atau pacuan sapi adalah perlombaan khas yang menjadi tradisi masyarakat Suku Madura.
Saat dihelat, dua ekor sapi yang akan menarik kereta kayu akan beradu kecepatan dengan diiringi oleh gamelan Madura yang disebut saronen.