Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suara Penyandang Disabilitas di Kota Bayu, Tak Ingin Cuma Jadi Penonton di Tiap Pemilu

Kompas.com - 28/12/2023, 13:14 WIB
Usman Hadi ,
Andi Hartik

Tim Redaksi

NGANJUK, KOMPAS.com – Malam itu, Jumat 21 April 2023, gema takbir berkumandang di seantero Desa Sambiroto, Kecamatan Baron, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Saat itu, rumah Kepala Desa Sambiroto, Achmad Sarif Eny Kurniawan, tampak ramai. Para amil zakat tengah sibuk mengumpulkan dan membagikan zakat fitrah dari para warga.

Di tengah hiruk pikuk petugas amil zakat itu, tiba-tiba salah satu ponsel berdering. Ponsel itu milik Sujono (48), pria paruh baya setempat yang kebetulan juga dipercaya menjadi amil.

“Itu teleponnya sekitar jam 9 malam (21.00 WIB),” kenang Sujono saat ditemui Kompas.com di kediamannya di RW 02, RW 02, Desa Sambiroto, Rabu (27/12/2023) siang.

Baca juga: Hadiri Perayaan Natal Nasional di Surabaya, Jokowi: Jaga Toleransi Jelang Pemilu

Mendapat panggilan telepon, Sujono lantas keluar, menepi dari keramaian. Siapa sangka, telepon itu datang dari Ketua DPD PKS Kabupaten Nganjuk, Moh Shoberi. Dalam sambungan telepon itu, Sujono ditanyai banyak hal oleh Shoberi. Mulai dari pendidikan terakhir, dan yang paling dikenang yakni saat ia tiba-tiba ‘dilamar’ nyaleg.

“Mas Jon, sampean dicalonkan, nyaleg,” ujar Sujono menirukan suara Shoberi saat itu.

Baca juga: Cara Mengurus Pindah Memilih pada Pemilu 2024 Bagi Mahasiswa Luar Daerah di Yogyakarta

Sujono kaget mendapat ‘pinangan’ itu. Oleh karenanya, hal itu tak langsung diterimanya. Ia meminta waktu ke Shoberi, sembari membulatkan mental untuk maju di kontestasi Pileg 2024.

“Waktu itu tidak langsung saya iyakan, karena saya butuh menyiapkan mental saya,” tuturnya.

Pada akhirnya pinangan itu diterima oleh Sujono. Kini ia terdaftar sebagai Caleg DPRD Kabupaten Nganjuk Dapil 3.

Satu-satunya caleg disabilitas di Nganjuk

Majunya Sujono menjadi peserta Pemilu 2024 ini menjadi pembeda. Ia merupakan satu-satunya caleg DPRD Kabupaten Nganjuk yang berasal dari kalangan penyandang disabilitas.
Sujono memang memiliki keterbatasan fisik. Ia didiagnosa cacat lahir, kedua kakinya tak normal. Kini untuk beraktivitas, sehari-hari Sujono harus memakai kaki palsu.

“Ini (kondisi kaki) dari sejak lahir,” ucapnya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com