Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petaka di Pelintasan Tanpa Palang Pintu, 11 Orang Tewas Setelah Minibus Tertabrak Kereta

Kompas.com, 21 November 2023, 06:12 WIB
Miftahul Huda,
Andi Hartik

Tim Redaksi

Sedangkan, dua di antara empat korban luka berat masih dirawat intensif di RSUD dr. Haryoto dan RS Bhayangkara Lumajang. Dua pasien lainnya dirujuk ke RSUD dr. Soetomo Surabaya.

Dua pasien dirujuk yang dimaksud adalah Alena (8) warga Simo Mulyo Baru, Surabaya, dan Warsito (60), warga Banyuurip Wetan, Sawahan, Surabaya.

Kepala Bagian Umum RSUD dr. Haryoto Lumajang Agus Wahyudi mengatakan, kedua pasien dirujuk ke RSUD dr. Soetomo Surabaya karena permintaan keluarga.

Menurutnya, proses pemulihan korban yang berlangsung lama membuat keluarga meminta untuk dirujuk untuk mempermudah akses.

"Pasien dirujuk atas permintaan keluarga karena ini proses pemulihannya kan lama, jadi dipindah supaya keluarga lebih mudah menjaganya sesuai domisilinya," kata Agus di Lumajang, Senin (20/11/2023).

Baca juga: Pemkot Surabaya Bakal Beri Bantuan bagi Keluarga Korban Tewas Kecelakaan Minibus Vs Kereta Api di Lumajang

EWS tak berfungsi

Early Warning System (EWS) pelintasan kereta api di Jalur Pelintasan Langsung (JPL) 63 Dusun Prayuana, Desa Ranu Pakis, Kecamatan Klakah, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, mati.

EWS berupa lampu peringatan lintasan rel kereta api itu diketahui sudah tidak berfungsi lebih dari 20 tahun.

Baca juga: 2 Korban Kecelakaan Kereta Vs Minibus di Lumajang Dimakamkan di TPU Putat Jaya Surabaya

Dewi, Ketua RT 1 RW 9 Dusun Prayuana, Desa Ranu Pakis, mengatakan, lampu peringatan lintasan rel kereta api tidak berfungsi sejak 2001.

"Kalau matinya lama, tahun 2001," katanya singkat.

Pantauan Kompas.com, selain EWS, terdapat dua lampu penerangan jalan umum (PJU) yang terpasang tepat di sebelah rel kereta api juga tidak berfungsi.

Humas PT KAI DAOP 9 Anwar mengatakan, tidak berfungsinya EWS dikarenakan sebagian onderdil yang ada pada EWS hilang.

Menurutnya, situasi ini tidak hanya terjadi di Dusun Ranu Pakis saja. Namun, beberapa lintasan rel kereta di Lumajang juga memiliki EWS yang tidak berfungsi.

"EWSnya tidak berfungsi karena sparepart-nya hilang, jadi tidak hanya akinya saja. Tapi ini tidak hanya di sini saja," kata Anwar.

Lebih lanjut, Anwar menjelaskan, cara kerja EWS pelintasan rel kereta api. Menurutnya, satu kilometer sebelum penyeberangan jalan, lampu kuning yang biasanya berkedip akan berganti warna jadi merah.

Selain itu, terdapat sirine yang terus menerus berbunyi sampai kereta melintas dan telah melewati jarak satu kilometer.

"Ada sensornya jadi satu kilometer itu lampu jadi merah dan ada bunyi sirinenya, itu sampai melintas pada jarak satu kilo beru kembali berwarna kuning berkedip," jelasnya.

Halaman:


Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau