Kata Jalesveva Jayamahe itu sendiri merupakan semboyan dari TNI-AL yang memiliki arti di laut kita jaya.
Monumen karya I Nyoman Nuarta ini berbentuk Perwira TNI Angkatan Laut berbusana Pakaian Dinas Upacara (PDU) lengkap dengan pedang kehormatan yang tengah berdiri menatap ke arah laut.
Ketinggian keseluruhan bangunan Monumen Jalesveva Jayamahe mencapai 60 meter, dengan patung setinggi 31 meter yang berdiri diatas bangunan gedung setinggi 29 meter.
Monumen Bambu Runcing adalah ikon Kota Surabaya yang terletak di Jalan Panglima Sudirman.
Monumen yang sudah ada sejak tahun 1981 ini terdiri dari 5 pilar yang berbentuk bambu runcing dengan tinggi yang tidak sama.
Monumen yang kerap mengeluarkan air mancur ini dikelilingi oleh taman kecil yang penuh dengan beragam tanaman hias.
Jembatan Merah adalah landmark bersejarah di Kota Surabaya yang dibangun di era Gubernur Jenderal Daendels yang menjadi saksi Pertempuran 10 November.
Jembatan ini membentang di atas Kali Mas dan menghubungkan Jalan Rajawali dan Jalan Kembang Jepun.
Asal nama jembatan ini terkait dengan sebutannya pada masa lalu yaitu Roode Brug yang dalam bahasa Belanda berarti Jembatan Merah.
Sejak dulu hingga saat ini, warna Jembatan Merah tidak berubah yang membedakannya dengan jembatan lain yang membentang di atas Kali Mas.
Hotel Majapahit adalah bangunan bersejarah di Jalan Tunjungan, Kota Surabaya yang dulu bernama Hotel Oranje.
Hotel Oranje dibangun pertama kali tahun 1910 di bawah kepemilikan Lucas Martin Sarkies asal Armenia.
Bangunan yang pernah menjadi hotel mewah pada masanya ini dirancang oleh pria berkebangsaan Inggris yang bernama James Apfrey yang menghabiskan dana hingga 500.000 guilders
Pada masa pendudukan Jepang, Hotel Oranje kemudian berganti nama menjadi Hotel Yamato.
Di tempat ini pula terjadi Insiden Hotel Yamato juga terkait dengan sejarah peristiwa Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.