Tandon air yang dibawa dengan mobil pikap hingga menggunakan cara manual yaitu gebyok --memukul api dengan ranting atau dahan kering.
Sayangnya, kata Sukaryo, usaha mereka belum sepenuhnya berhasil menyurutkan bahkan memadamkan api.
"Savana di dekat lautan pasir masih terbakar."
Baca juga: Minta Maaf soal Kebakaran Bromo, Calon Pengantin: Kejadian Ini Tidak Kami Sengaja
Menghadapi api yang terus membara, membuat Sukaryo harus ekstra hati-hati.
Kalau terlalu dekat, dia bisa tersambar apalagi kalau angin berbalik arah. Belum lagi terkena asap.
"Kalau kena [asap], mau padamkan api jadi enggak maksimal. Bisa lemas kan kena asap."
Sementara alat pelindung diri yang dikenakan tak sepenuhnya kuat menahan panasnya bara api. Sepatu gunung yang ia pakai, katanya, sampai meleleh.
Beberapa relawan malah ada yang sampai mengalami luka gores karena menyusuri hutan dan pepohonan.
Para relawan, kata dia, mulai beraksi dari pukul 08.00 pagi sampai tengah malam bahkan ada yang sampai subuh.
Mereka yang bertugas sepanjang hari itu, baru bisa beristirahat esok harinya.
"Makanya habis malam pulang, istirahatnya seharian. Jadi digilir, sehari di lapangan sehari istirahat."
Baca juga: Ingin Berlibur ke Bromo? Simak Lagi Aturan dan Larangan Bagi Pengunjung TNBTS
Sukaryo mengatakan kebakaran besar di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru kali ini memang berasal dari ulah sekelompok orang yang menyalakan flare atau suar demi kepentingan foto prewedding.
Dua insiden kebakaran yang terjadi sebelumnya berhasil dikendalikan dalam waktu seminggu.
Pada Rabu (06/09) itu, kobaran api mulanya ada di belakang gapura bukit Teletubbies.
Video yang beredar di media sosial memperlihatkan beberapa kru foto dan pasangan calon pengantin diam saja melihat kobaran api.
Dari keterangan Kasat Reskrim Polres Probolinggo, AKBP Achmad Doni Meidianto, pasangan itu berusaha memadamkan api dengan beberapa air mineral botolan.
Baca juga: Minta Maaf soal Kebakaran Bromo, Calon Pengantin: Kejadian Ini Tidak Kami Sengaja
Tapi percuma karena api keburu cepat membesar. Selain itu mereka juga tidak langsung melapor ke tim nasional.
"Mereka menyesal. Sebenarnya pada saat kejadian mereka juga panik dan sudah berupaya, cuma tidak ada sumber air," ungkap Kasat Reskrim Polres Probolingg, AKBP Achmad Doni Meidianto.
Pengamatan mata Sukaryo, saat ini 80% padang rumput di taman nasional sudah berubah hitam.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, berkata yang membuat kebakaran di sana bergerak sangat cepat karena tidak ada penghalang.
Dia mencontohkan kebakaran di lahan gambut yang masih bisa dihadang dengan bantuan parit.
Baca juga: Sudah Padam, Kerusakan Akibat Kebakaran Bromo Capai 504 Hektar
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.