Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Calon Pengantin Minta Maaf Soal Kebakaran di Bromo: Kejadian Ini Tak Sengaja

Kompas.com, 17 September 2023, 13:50 WIB
Rachmawati

Editor

Tandon air yang dibawa dengan mobil pikap hingga menggunakan cara manual yaitu gebyok --memukul api dengan ranting atau dahan kering.

Sayangnya, kata Sukaryo, usaha mereka belum sepenuhnya berhasil menyurutkan bahkan memadamkan api.

"Savana di dekat lautan pasir masih terbakar."

Baca juga: Minta Maaf soal Kebakaran Bromo, Calon Pengantin: Kejadian Ini Tidak Kami Sengaja

Menghadapi api yang terus membara, membuat Sukaryo harus ekstra hati-hati.

Kalau terlalu dekat, dia bisa tersambar apalagi kalau angin berbalik arah. Belum lagi terkena asap.

"Kalau kena [asap], mau padamkan api jadi enggak maksimal. Bisa lemas kan kena asap."

Sementara alat pelindung diri yang dikenakan tak sepenuhnya kuat menahan panasnya bara api. Sepatu gunung yang ia pakai, katanya, sampai meleleh.

Beberapa relawan malah ada yang sampai mengalami luka gores karena menyusuri hutan dan pepohonan.

Para relawan, kata dia, mulai beraksi dari pukul 08.00 pagi sampai tengah malam bahkan ada yang sampai subuh.

Mereka yang bertugas sepanjang hari itu, baru bisa beristirahat esok harinya.

"Makanya habis malam pulang, istirahatnya seharian. Jadi digilir, sehari di lapangan sehari istirahat."

Baca juga: Ingin Berlibur ke Bromo? Simak Lagi Aturan dan Larangan Bagi Pengunjung TNBTS

Apa yang membuat pemadaman sulit?

Sukaryo mengatakan kebakaran besar di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru kali ini memang berasal dari ulah sekelompok orang yang menyalakan flare atau suar demi kepentingan foto prewedding.

Dua insiden kebakaran yang terjadi sebelumnya berhasil dikendalikan dalam waktu seminggu.

Pada Rabu (06/09) itu, kobaran api mulanya ada di belakang gapura bukit Teletubbies.

Video yang beredar di media sosial memperlihatkan beberapa kru foto dan pasangan calon pengantin diam saja melihat kobaran api.

Dari keterangan Kasat Reskrim Polres Probolinggo, AKBP Achmad Doni Meidianto, pasangan itu berusaha memadamkan api dengan beberapa air mineral botolan.

Baca juga: Minta Maaf soal Kebakaran Bromo, Calon Pengantin: Kejadian Ini Tidak Kami Sengaja

Tapi percuma karena api keburu cepat membesar. Selain itu mereka juga tidak langsung melapor ke tim nasional.

"Mereka menyesal. Sebenarnya pada saat kejadian mereka juga panik dan sudah berupaya, cuma tidak ada sumber air," ungkap Kasat Reskrim Polres Probolingg, AKBP Achmad Doni Meidianto.

Pengamatan mata Sukaryo, saat ini 80% padang rumput di taman nasional sudah berubah hitam.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, berkata yang membuat kebakaran di sana bergerak sangat cepat karena tidak ada penghalang.

Dia mencontohkan kebakaran di lahan gambut yang masih bisa dihadang dengan bantuan parit.

Baca juga: Sudah Padam, Kerusakan Akibat Kebakaran Bromo Capai 504 Hektar

Halaman:


Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau