KOMPAS.com - HP, calon pengantin yang menjalani sesi foto pre-wedding menggunakan flare atau suar di Bukit Teletubbies, Gunung Bromo, Jawa Timur, meminta maaf atas kebakaran yang melanda kawasan Bromo.
Permohonan maaf disampaikan HP secara langsung kepada sejumlah tokoh masyarakat Tengger, Ketua Dukun Paruman Tengger, Sutomo, serta tiga kepala desa yang mewakili enam desa.
Pertemuan diadakan di Balai Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jatim, Jumat (15/9).
"Kami dan teman-teman, dan tentunya mewakili saudara Andrie yang saat ini berada di tahanan Polres, ingin menyampaikan permohonan maaf yang sedalam-dalamnya. Permohonan maaf ini kami tujukan kepada seluruh masyarakat adat Tengger, pada tokoh-tokoh adat Tengger, kepada tokoh-tokoh masyarakat Tengger, kepada pemerintah daerah Tengger," ujarnya.
Baca juga: Kawasan Bromo Disebut Terbakar 540 Hektare, Ini Kata TNBTS
"Dan tak lupa kami menyampaikan permohonan maaf ini kepada Bapak Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia, kepada seluruh jajaran menteri dan kabinet, kepada Pemerintah Provinsi Jawa Timur, kepada Pemerintah Daerah khususnya Probolinggo dan Pasuruan, serta segenap seluruh lapisan masyarakat di Indonesia," sambungnya.
Andrie Wibowo Eka Wardhana (41), manajer wedding organizer sudah ditetapkan sebagai tersangka kebakaran lahan di Gunung Bromo.
Dia terancam hukuman penjara lima tahun dan denda Rp 3,5 miliar, menurut Kepala Kejaksaan Negeri Probolinggo, David P Duarsa, di Probolinggo, Jumat (15/09).
Adapun lima orang yang menjadi saksi dalam kasus kebakaran ini adalah calon pengantin pria HP (30), calon pengantin wanita PMP (26). Kemudian kru wedding organizer MGG (38), ET (27), dan perias AAV (34). Ketiga kru tersebut merupakan warga Kota Surabaya, Jawa Timur.
Baca juga: Detik-detik Kebakaran Bromo Menurut Rombongan Prewedding
"Kejadian ini tak sengaja. Saat kejadian kami sudah berusaha memadamkan [kebakaran Bromo] dengan air mineral kemasan sebanyak lima botol," jelasnya saat meminta maaf di hadapan warga Tengger, Jumat (15/09/2023).
Namun, menurutnya, upaya memadamkam api tidak membuahkan hasil. Kebakaran pun meluas.
"Dengan segala keterbatasan kami dan kondisi saat itu angin sangat kencang ditambah rumput kering, kami tak dapat memadamkan," sambungnya.
Seorang relawan di Kabupaten Lumajang, Sukaryo, mengatakan kebakaran yang terjadi sejak Rabu (06/09) masih belum berhasil dipadamkan karena faktor cuaca dan perlengkapan yang kurang memadai.
"Karena angin sangat kencang sementara lahan yang terbakar rumput kering, akhirnya api cepat menjalar," ujarnya kepada BBC News Indonesia.
"Belum lagi medan yang curam, jadi secara manual sangat kesulitan."
Sukaryo bertugas memadamkan kobaran api di savana dekat dengan lautan pasir Gunung Bromo. Dia turun ke lokasi pada hari kedua, Kamis (07/09).
Baca juga: Detik-detik Kebakaran Bromo Menurut Rombongan Prewedding
Pria 45 tahun ini bercerita, upaya mereka memadamkan api rupanya kalah dengan angin.
"Kalau api kena angin, ya apinya makin besar dan tinggi."
Setiap hari Sukaryo dan seratusan orang dikerahkan untuk membantu upaya pemadaman. Berbagai peralatan disiapkan.
Mulai dari jet shooter atau pompa punggung pemadam kebakaran lahan berkapasitas 20 liter.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.