Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Permintaan Keluarga, Pencarian 8 Nelayan yang Hilang di Laut Selatan Blitar Diperpanjang

Kompas.com, 14 September 2023, 14:39 WIB
Asip Agus Hasani,
Krisiandi

Tim Redaksi

BLITAR, KOMPAS.com - Keluarga dari korban kecelakaan laut di perairan selatan Blitar, Jawa Timur, Rabu (6/9/2023) malam lalu, memohon perpanjangan proses pencarian delapan nelayan yang masih belum ditemukan.

Tim pencari dan penolong (SAR) gabungan memutuskan memperpanjang proses pencarian yang sedianya berakhir Rabu (13/9/2023) diperpanjang 2 hari hingga Jumat (15/9/2023).

Komandan Tim SAR Basarnas Pos Trenggalek Andris Tri Prasetya membenarkan bahwa pihak keluarga telah mengajukan perpanjangan periode pencarian terhadap 8 nelayan asal Trenggalek tersebut yang hingga kini belum berhasil ditemukan.

Baca juga: Di Tengah Ombak Tinggi, Tim SAR Cari 8 Nelayan yang Hilang di Laut Selatan Blitar

"Kami tambah masa pencarian selama dua hari hingga besok," ujar Andris kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Kamis (14/9/2023).

Menurut Andris, pihak keluarga korban hilang masih sangat mengharapkan ditemukannya para korban hilang.

"Selain itu, keluarga korban, kerabat dan rekan-rekan berpikir bahwa jumlah yang hilang ini demikian banyak, 8 orang. Mereka minta ditambah lagi upaya pencarian," ujarnya.

Baca juga: 2 Bukit di Blitar Terbakar dalam Waktu Hampir Bersamaan

Diberitakan sebelumnya, dua perahu nelayan yang berangkat melaut dari Pantai Prigi, Kabupaten Trenggalek, pada Rabu sore terguling dan pecah akibat dihantam ombak besar di Pantai Gayasan, Kabupaten Blitar pada Rabu malam sekitar pukul 20.30 WIB.

Sebanyak 15 nelayan berhasil menyelamatkan diri dengan berpegangan pada perahu, namun 8 lainnya hilang.

Mereka yang hilang adalah Asrofi, Dio, Juki, Tris Anggur, Ali, Manto, Didik dan Imam.

Libatkan nelayan melaut

Andris menambahkan bahwa tambahan waktu dua hari untuk pencarian akan dimaksimalkan pihaknya, antara lain, dengan memperluas lagi radius pencarian.

Hari ini, ujarnya, radius pencarian yang dilakukan tim laut menjadi sekitar 60 kilometer atau sekitar 30 mil laut hingga area Panggung Gunung di selatan Tulungagung.

Pencarian oleh tim darat, kata dia, juga diperlebar hingga Pantai Gladak, masih di wilayah Tulungagung.

Baca juga: Perahu Diterjang Ombak, 8 Nelayan Kepri Hanyut ke Malaysia dan Diselamatkan

Meski tim laut hanya menggunakan satu perahu jukung dan satu kapal motor slerek, jelasnya, sejak tiga hari terakhir pencarian juga melibatkan ratusan nelayan yang sudah banyak melaut untuk mencari ikan menyusul datangnya cuaca yang bersahabat.

"Tiga hari terakhir cuaca bersahabat. Gelombang maksimal 3 meteran. Banyak nelayan mulai melaut mencari ikan, tapi mereka juga sambil ikut membantu pencarian," ujarnya.

Baca juga: 2 Perahu Nelayan Tulungagung Terdampar di Pantai Selatan Blitar, 8 Orang Hilang

Menurut Andris, tidak hanya nelayan dari Blitar tapi juga nelayan Tulungagung, Trenggalek, Pacitan dan Malang.

"Kami juga menginformasikan ini ke Basarnas Yogyakarta dan mereka ikut melakukan pengawasan jika ada indikasi keberadaan korban," tuturnya.

Andris mengatakan, setidaknya terdapat dua faktor yang menyebabkan sulitnya pencarian padahal jumlah korban sebanyak 8 orang.

Pertama, kata dia, tim tidak tahu persis titik pasti terjadinya kecelakaan laut pekan lalu tersebut.

"Bahkan korban hidup juga tidak tahu karena saat itu berkabut tebal. Visibility nol," terangnya.

Baca juga: Pencarian 8 Nelayan yang Hilang di Laut Selatan Blitar Diperluas hingga 40 Kilometer

Faktor kedua, tambahnya, suhu air laut sangat dingin sehingga membuat tubuh korban yang diduga hanyut menjadi lebih awet dan tak kunjung membusuk.

Hal itu, lanjutnya, membuat jasad korban kemungkinan masih terus bertahan di bawah permukaan air.

"Di permukaan saja suhunya mungkin 20 derajat Celcius atau bahkan 19 derajat. Apalagi di bawah," ujarnya.*

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Wisatawan Lansia Dipungli 'Uang Pengawalan' Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Wisatawan Lansia Dipungli "Uang Pengawalan" Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Surabaya
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
Surabaya
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Surabaya
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Surabaya
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Surabaya
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Surabaya
Pelaku Pungli 'Uang Pengawalan' Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Pelaku Pungli "Uang Pengawalan" Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Surabaya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Surabaya
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar 'Uang Pengawalan', Penyandera Ditangkap
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar "Uang Pengawalan", Penyandera Ditangkap
Surabaya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau