BLITAR, KOMPAS.com– Seorang pengayuh becak asal Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar, Jawa Timur, bernama Jumari memarkir becaknya depan sebuah warung nasi di Jalan Anjasmoro, Kota Blitar, Jumat (8/9/2023) pagi.
Pria yang usianya mendekati 60 tahun itu segera mengantre di belakang dua rekannya sesama pengayuh becak.
Setelah menuang nasi pada piring di tangan kirinya, Jumari melongok ke arah dua panci berisi sayuran yang berbeda.
Dia memilih sayur daun singkong sebagai menu sarapannya pagi itu, bukan sayur nangka muda yang ada di panci lainnya.
Baca juga: Sejarah Warteg, Warung Makan Legendaris yang Punya Komunitas dan Merambah Bisnis Waralaba
Seorang pria muda yang duduk menghadap ke meja berisi sayur dan lauk pauk kemudian mengulurkan tangannya ke arah piring Jumari dan meletakkan satu potong tempe goreng.
Jumari mengambil tempat duduk setelah menuang segelas air putih dari sebuah teko.
Sebelum suapan pertama ke mulutnya, Jumari meletakkan kaki ke kursi berimpitan dengan pantat hingga posisi duduknya setengah jongkok.
Setelah menghabiskan hidangan sarapan pagi itu, Jumari diam sejenak.
Dia turunkan kaki kanannya dari kursi, menyapa rekannya yang duduk di meja makan sebelah sembari meneguk air putih, kemudian beranjak menuju tempat cuci piring.
Baca juga: Potret Toleransi di Banda Aceh, Warung Makan Kawasan Pecinan Tetap Buka Selama Ramadhan
Dia cuci piring dan gelas yang dia pakai, kemudian berujar kepada laki-laki dan perempuan penjaga warung dalam Bahasa Jawa, “Matur nuwun Mbak, Mas...”
“Belum dapat penumpang. Belum sarapan tadi,” ujar Jumari sembari tertawa lebar dan bersiap meninggalkan Warung Makan Gratis yang hampir setiap hari dia datangi selama lebih dari dua tahun terakhir.