Hari-hari di bulan pertama warung mulai buka menjadi tantangan paling berat bagi Didin dan rekan-rekannya.
“Kami mulai dengan mengumpulkan bahan makanan apa saja yang masing-masing dari kami punya. Ada yang beras, minyak, sayuran, bumbu-bumbuan,” tutur ibu rumah tangga itu.
Pada bulan-bulan berikutnya, keberadaan Warung Makan Gratis semakin dikenal luas oleh masyarakat Kota Blitar dan sekitarnya.
Baca juga: Cerita Polisi di Pekanbaru Sediakan Warung Makan Gratis, Diburu Pengemudi Ojol hingga Pelajar
Seiring dengan itu, Didin dan rekan-rekannya tidak harus setiap hari memikirkan ketersediaan bahan makanan untuk warung. Donasi dari masyarakat yang memiliki kepedulian pun mulai mengalir.
Donasi tidak selalu berupa uang. Bahkan lebih sering bahan makanan, seperti beras, sayuran, minyak dan keperluan warung lainnya.
“Ada yang ngasih gorengan, sayuran, macam-macam. Ada pedagang sayur mayur di Pasar Templek yang sering berdonasi sayuran. Mungkin sayuran sisa yang tidak terjual di lapaknya,” tutur Didin.
Selama sekitar 1 jam kompas.com berada di warung gratis itu pada Jumat pagi, setidaknya tiga orang datang bergantian tidak untuk makan tapi memberikan donasi.
Satu orang memberikan tempe goreng sekitar setengah kantong plastik, satu lagi memberikan sayur bayam satu kantong plastik besar, dan terakhir memberikan gorengan.
Sepanjang yang Didin ingat, donasi terbesar yang pernah diterima warung makan gratis itu berupa beras sebanyak 500 kilogram.
Baca juga: Wali Kota Bontang Siapkan Warung Makan Gratis untuk Masyarakat yang Terdampak Wabah Covid-19
Tapi tidak jarang juga warung kekurangan bahan. Pada situasi demikian, maka rekan-rekan Didin mencari donasi dengan pengumuman di sejumlah grup WhatsApp. Tidak jarang juga, donasi berupa sayur harus mereka ambil di daerah pedesaan di wilayah Kabupaten Blitar.
“Sering kami disuruh ambil sendiri sayuran di sawah milik petani yang mau berdonasi. Kami petik sendiri sayuran yang tersisa setelah dipanen. Pernah kami harus bawa sayur gambas satu kuintal,” kenang Komsatun.