Tidak jarang dia makan dua kali dalam sehari di warung itu, pagi dan siang, tapi kadang juga hanya sekali atau tidak sama sekali.
“Tergantung situasi. Kadang mangkal tidak jauh dari sini dan belum dapat penumpang sama sekali. Siangnya balik lagi ke sini, makan siang,” ujarnya.
Meski menu makanan di warung gratis itu seadanya, Jumari mengaku keberadaannya sangat berarti bagi pengayuh becak seperti dirinya yang bermodal tenaga kasar untuk mencari nafkah.
Di sisi lain, penumpang datangnya tidak menentu dengan penghasilan tidak pasti.
Baca juga: Warga Dirikan Warung Gratis, Prihatin dengan Kondisi Saat Corona
Profesi pengayuh becak di Kota Blitar masih cukup banyak, ratusan orang.
Sebagian dari mereka biasa mangkal di sekitar Makam Presiden Soekarno di Kelurahan Bendogerit yang jumlahnya mencapai 250-an.
Sebagian lainnya tersebar di sejumlah titik termasuk di pasar-pasar tradisonal.
Mereka mengalami masa paling sulit saat pandemi Covid-19 di awal 2020. Penerapan protokol kesehatan dengan membatasi aktivitas masyarakat menjadi pukulan telak bagi hampir semua lapisan masyarakat tak terkecuali, dan terutama, para pengayuh becak.
Berawal dari keprihatinan terhadap nasib mereka di masa pandemi, sekelompok warga Kota Blitar yang terdiri dari 10 orang tergerak mengulurkan tangan dengan mendirikan Warung Makan Gratis.
“Kami mulai buka pertama bulan Februari 2021. Dan sejak itu belum pernah berhenti. Paling tutup di hari tertentu seperti hari raya,” ujar Didin Andriani, perempuan berusia 40-an tahun, yang didapuk oleh rekan-rekannya sebagai penanggung jawab Warung Makan Gratis.
Jauh sebelum Didin dan sembilan rekan-rekannya menjalankan Warung Makan Gratis, mereka adalah komunitas kecil warga Kota Blitar yang aktif menjalankan kegiatan amal dan konservasi lingkungan.
Baca juga: 1.200 Mahasiswa Baru Fisip UB Galang Donasi untuk Sultan Rifat, Korban Jeratan Kabel
Pandemi Covid-19 mendorong mereka untuk memberikan bantuan kepada sesama secara berkelanjutan.
Berbincang dengan kompas.com ditemani rekannya, Komsatun, Didin menuturkan bagaimana 10 orang yang mayoritas perempuan itu selama 2,5 tahun terakhir menjalankan warung makan gratis bagi siapa pun yang membutuhkan.