Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Yunus, Alumnus Ponpes Tebuireng yang Pergi Haji dengan Naik Sepeda

Kompas.com, 8 September 2023, 09:53 WIB
Moh. SyafiĆ­,
Andi Hartik

Tim Redaksi

Sebelum berangkat ke Tanah Suci, bapak 3 anak itu terlebih dulu berziarah ke makam Kiai Hasyim Asy'ari, pendiri Pesantren Tebuireng yang juga pendiri Nahdlatul Ulama (NU).

"Berangkat tanggal 7 Juli 2022, sebelum berangkat saya ziarah dulu ke sini," ungkap Yunus di Pesantren Tebuireng, Kamis.

Dia menuturkan, perjalanan dengan naik sepeda untuk ibadah haji diawali dengan menyusuri jalan di Pulau Jawa menuju Sumatera.

Dirinya sempat mampir ke Kantor PBNU di Jakarta, kemudian melanjutkan perjalanan melintasi wilayah Sumatera, lalu melintasi sejumlah negara lewat jalur darat.

"Kemarin (saat berangkat) saya ke PBNU dan dilepas sama pengurus di sana. Alhamdulillah, saya bisa melewati Sumatera, Malaysia, Thailand, Bangladesh, Pakistan, Oman, UAE dan Arab Saudi," kata Yunus.

Baca juga: Wapres Dukung Haji Cukup Sekali agar Tak Ada Antrean Puluhan Tahun

Setelah berhasil melintasi sejumlah negara melalui jalur darat dengan naik sepeda angin, Yunus menunaikan ibadah haji pada musim haji 2023.

“Sampai Mekkah tahun ini, tanggal 19 April 2023 dan alhamdulillah, bisa haji tahun 1414 Hijriah ini, bertepatan dengan 28 Juni 2023,” ungkap Yunus.

Baca juga: Kemenag Gelar Sayembara Desain Batik Haji Indonesia, Berikut Cara Daftarnya

Terinspirasi Kiai Hasyim

Yunus merupakan santri Pondok Pesantren Tebuireng, serta alumnus Institut Keislaman Hasyim Asy’ari (IKAHA), perguruan tinggi di Pesantren Tebuireng yang kini berubah menjadi Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy).

Beberapa tahun selepas mondok, Yunus menikah lalu bersama sang istri tinggal di Kasembon, Kabupaten Malang. Di sana, dia mengajar sebagai guru agama di SMK Kasembon.

Yunus menuturkan, pergi haji melalui darat merupakan cita-citanya sejak kelas 3 SD, terinspirasi dari perjuangan Kiai Hasyim, pendiri Pesantren Tebuireng dan pendiri NU.

Semasa mondok, ungkap dia, dirinya sering membaca sejarah perjalanan Kiai Hasyim hingga terinspirasi untuk mengikuti, mengamalkan dan melanjutkan perjuangannya.

“Niatan saya pada saat itu pergi haji ke Mekkah pada jalur darat sambil mengamalkan ilmu dan ingin menambah wawasan. Mengamalkan ilmunya Mbah Hasyim, wasta’inu bisshabri washolati,” ujar Yunus.

Niatan Yunus untuk pergi haji melalui jalur darat tak terbendung hingga usia dewasa. Dia pun akhirnya menetapkan diri untuk berangkat haji dengan cara bersepeda dan memulai perjalanannya pada 7 Juli 2022.

Halaman:


Terkini Lainnya
Wisatawan Lansia Dipungli 'Uang Pengawalan' Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Wisatawan Lansia Dipungli "Uang Pengawalan" Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Surabaya
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
Surabaya
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Surabaya
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Surabaya
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Surabaya
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Surabaya
Pelaku Pungli 'Uang Pengawalan' Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Pelaku Pungli "Uang Pengawalan" Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Surabaya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Surabaya
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar 'Uang Pengawalan', Penyandera Ditangkap
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar "Uang Pengawalan", Penyandera Ditangkap
Surabaya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau