KOMPAS.com - Sebanyak 600 tentara India yang dikerahkan oleh militer Inggris ternyata membelot dan berpihak dengan pejuang kemerdekaan Indonesia pada Pertempuran Surabaya yang berlangsung sejak 27 Oktober hingga 20 November 1945.
Ketika Sanyog Srivastava Ji mengunjungi monumen nasional Tugu Pahlawan memperingati para prajurit yang gugur dari pertempuran, ia selalu mencari nama-nama tentara India yang tewas berjuang bersama pejuang kemerdekaan Indonesia.
"Ketika Anda pergi ke Monumen Pahlawan, Anda akan menemukan beberapa penjelasan. Dan para warga diaspora India di sini, mereka yang belajar di sekolah Indonesia, mereka sangat akrab [dengan peristiwa ini]," katanya.
Sanyog sudah tinggal di Surabaya hampir 25 tahun bersama keluarganya. Ia mengatakan Pertempuran Surabaya memiliki makna mendalam bagi warga India maupun Indonesia.
Baca juga: Mengenal Boven Digoel Papua, Tempat Bung Hatta Diasingkan di Era Kolonial Belanda
"Keduanya tertekan oleh penjajah asing selama kurun waktu yang lama. Dan ketika tentara India datang ke sini di bawah perintah Inggris, mereka menyadari bahwa mereka menghadapi orang-orang yang senasib dengan mereka,” kata Sanyog dalam wawancara daring dengan BBC Indonesia dari rumahnya di Surabaya.
Dia merasa bahwa sebagian besar ekspatriat India di komunitasnya tidak sepenuhnya tahu tentang sejarah yang mengaitkan India dan Indonesia. Meski demikian, ia berharap lebih banyak orang akan mengetahui tentang cerita tersebut.
"Saya pikir itu akan menciptakan rasa kebersamaan, rasa kemanusiaan, rasa tanggung jawab terhadap kedua negara dalam diaspora India dan bercampur dengan budaya mereka, saling menghormati dan mengembangkan harmoni dan kerja sama," ujar Sanyog.
Sejarah keterlibatan India di Indonesia pada masa modern tak lepas dari peranan Inggris.
Pada awal abad ke-19, Inggris – yang menjajah India selama 89 tahun – kerap mengirim prajurit India, khususnya ke daerah-daerah Asia dan Timur Tengah (Mesir dan Suriah), untuk menyelesaikan konflik. Ada sekitar 250.000 prajurit India yang dapat dikerahkan militer Inggris.
Baca juga: Berkunjung ke Kampung Peneleh Surabaya Tempat Kelahiran Presiden Soekarno
Pengiriman prajurit India ke Indonesia dilakukan Inggris setidaknya dalam dua era.
Pertama, pada Agustus-September 1811, saat Inggris menginvasi Pulau Jawa dengan mengerahkan lebih dari 6.000 prajurit India.
Kedua, pada penghujung Perang Dunia II. Pengerahan brigade pasukan India berkekuatan 4.000 orang pimpinan Brigadir Jenderal Aubertin Walter Sothern Mallaby (1899-1945) di Surabaya pada 25 Oktober 1945, memicu Pertempuran Surabaya.
Pada 10 November 1945, seluruh pasukan Divisi Kelima India, pimpinan Mayor Jenderal Sir Robert Mansergh (1900-70), mendarat di Surabaya dengan membawa tank dan pesawat tempur.
Pertempuran Surabaya pada 1945 itulah terakhir kalinya Inggris menggunakan pasukan India untuk menyelesaikan konflik kolonial. Sebab kehadiran pasukan India justru merugikan Inggris karena mereka memilih untuk membantu para pejuang Indonesia.
Tokoh nasionalis sekaligus mantan Menteri Luar Negeri Indonesia kelahiran Surabaya, Dr Roeslan Abdulgani, menyebut peristiwa itu sebagai “bencana yang menentukan jalannya sejarah Surabaya dan juga jalannya perjuangan kemerdekaan seluruh Indonesia”.
Baca juga: Soekarno dan Sandiwara Kelimutu di Ende
Pihak Indonesia marah karena menganggap Belanda membonceng Inggris, guna merebut kembali kekuasaan atas Indonesia.
"Jadi di satu sisi, Inggris membukakan pintu bagi Belanda untuk kembali [ke Indonesia] pada 1946 dan Inggris menjadi pemegang tanggung jawab antara September 1945 dan Maret 1946," kata sejarawan Universitas Oxford yang ahli ahli sejarah modern Indonesia, Profesor Peter Carey.
Saat itu, India masih berada di bawah kekuasaan Inggris dan belum merdeka. Oleh karenanya, ribuan tentara India - yang berasal dari Punjab, Madras, Mahratta dan daerah lainnya - dapat dikerahkan oleh Inggris untuk "menjaga perdamaian" di Surabaya.
Baca juga: Soekarno di Penjara Sukamiskin dan Pesan Melalui Telur Asin
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.