Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Sengaja Tinggalkan Istri Saat Mudik, Tersadar Usai Tempuh Perjalanan 80 Km, Arif Sempat Menangis Panik

Kompas.com, 19 April 2023, 13:56 WIB
Pythag Kurniati

Editor

KEDIRI, KOMPAS.com- Arif Romadon (37), pemudik motor dari Bogor, Jawa Barat yang pulang ke Kediri, Jawa Timur tak sengaja meninggalkan sang istri di Brebes, Jawa Tengah.

Peristiwa itu terjadi pada Minggu (16/4/2023) malam ketika Arif mudik bersama istrinya Siti Aminah (40) dan anaknya Eka Krissna (8).

Arif yang ditemui oleh Kompas.com setelah tiba di Kediri, Jawa Timur bercerita, hanya istrinya yang tertinggal. Sedangkan anaknya ikut bersamanya.

Pria tersebut baru menyadari sang istri tak bersamanya setelah menempuh perjalanan sekitar 80 kilometer atau ketika berada di Pemalang.

Baca juga: Paniknya Arif Saat Menyadari Istrinya Tak Ada di Boncengan Motornya, Dikira Terjatuh

Tak tahu istri turun dari motor

Mulanya, Arif berangkat mudik dari Bogor bersama istri dan anaknya menggunakan sepeda motor Honda CB 150 R, Minggu (16/4/2023) sekitar pukul 16.30 WIB menuju Kediri.

Di Bogor, Arif merantau dan bekerja sebagai pekerja proyek bangunan sejak 2013.

Diperkirakan, perjalanan mudik dari Bogor ke Kediri itu memakan waktu 15 hingga 16 jam dalam kondisi normal.

Mereka selanjutnya sempat beristirahat selama 30 menit di wilayah Pamanukan, Jawa Barat.

Baca juga: Cerita Arif, Pemudik Motor Tujuan Kediri yang Tak Sengaja Tinggalkan Istri di Brebes

Selanjutnya Arif dan keluarganya melanjutkan perjalanan.

Di kawasan Jalur Lingkar Utara (Jalingkut) Brebes, Arif salah memilih jalur. Dia yang seharusnya melaju lurus justru memilih belok kiri.

Di sinilah awal mula kisah Arif tak sengaja meninggalkan istrinya.

"Sekitar 100 meter setelah saya belok kiri itu, saya pilih balik kanan untuk memilih jalur lurus tadi," kata dia.

Ternyata saat menunggu suasana arus lalu lintas aman, sang istri turun dari motor tanpa sepengetahuannya.

Menangis panik

Setelah menempuh perjalanan sekitar 80 kilometer tanpa sang istri, Arif baru tersadar. Dia sadar setelah sang anak menanyakan keberadaan ibunya.

Sepanjang perjalanan itu, Arif memang fokus ke jalan hingga tak bercakap-cakap dengan sang istri.

"Ya enggak sadar aja, saya fokus ke depan lihat jalan aja. Tahu-tahu istri tertinggal jauh," ujar dia.

Pikiran Arif kalut. Dia sempat menduga istrinya terjatuh. Apalagi saat itu pukul 24.00 WIB.

Baca juga: OJK Beri Tips Kirim Oleh-oleh yang Aman Saat Mudik

Seketika itu juga, dia memutar balik untuk menyusuri jalan yang dilaluinya tadi demi menemukan sang istri.

Di sepanjang perjalanan tersebut, Arif terpikir untuk mencoba menemukan darah yang tercecer di jalan atau kerumunan lantaran menduga sang istri kecelakaan.

Upaya pencariannya belum membuahkan hasil saat itu. Arif pun sempat menangis.

Tertawa ketika bertemu

Arif Romadon tidak menyadari bahwa istrinya tertinggal di Brebes, Jawa Tengah pada Mibgu (16/4/2023) ketika melakukan perjalanan mudik dari jakarta menuju Kediri.Polsek Wanasari Brebes Arif Romadon tidak menyadari bahwa istrinya tertinggal di Brebes, Jawa Tengah pada Mibgu (16/4/2023) ketika melakukan perjalanan mudik dari jakarta menuju Kediri.

Pertemuan kembali mereka bermula saat Arif menyadari ponsel sang istri masih terbawa olehnya.

Ketika diperiksa, ada ratusan panggilan tak terjawab.

Dia lalu mencoba menghubungi nomor panggilan paling akhir hingga tersambung dengan seorang petugas kepolisian.

Polisi itu menginformasikan bahwa istrinya berada di Pospam dekat Jalingkut Brebes.

"Saya langsung meluncur ke sana," ujar dia.

Kekalutan Arif berubah menjadi tawa ketika pasangan itu bertemu.

"Jadi gimana ya, saya sedih juga tapi juga ketawa, istri saya juga sama," jelas dia.

Baca juga: Penyebab Arif Tak Sengaja Tinggalkan Istri di Brebes Saat Mudik Naik Motor, Berawal dari Salah Pilih Jalur

Mudik bermotor pertama dengan keluarga

Menurut Arif, peristiwa itu menjadi kenangan tak terlupakan dalam hidupnya.

Mudik kali ini, kata dia, adalah mudik pertama dengan kendaraan bermotor dengan keluarganya.

"Kalau mudik tahun-tahun sebelumnya, anak dan istri saya suruh naik bus atau kereta api. Saya naik motor sendirian," katanya.

Pria tersebut juga tak habis pikir dengan kejadian yang dialaminya itu.

"Jangankan orang lain, Saya saja juga bingung, kenapa saya sampai bisa begitu," kata dia sembari tertawa.

Arif, sang istri, dan sang anak akhirnya sampai dan berkumpul dengan keluarga besarnya di Kelurahan Banaran, Kecamatan, Kota Kediri, Jawa Timur Senin (17/4/2023).

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Kediri, M Agus Fauzul Hakim | Editor: Andi Hartik)

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Wisatawan Lansia Dipungli 'Uang Pengawalan' Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Wisatawan Lansia Dipungli "Uang Pengawalan" Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Surabaya
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
Surabaya
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Surabaya
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Surabaya
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Surabaya
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Surabaya
Pelaku Pungli 'Uang Pengawalan' Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Pelaku Pungli "Uang Pengawalan" Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Surabaya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Surabaya
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar 'Uang Pengawalan', Penyandera Ditangkap
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar "Uang Pengawalan", Penyandera Ditangkap
Surabaya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau