SURABAYA, KOMPAS.com - Stunting atau tengkes ternyata tidak hanya persoalan tumbuh kembang anak yang terhambat sehingga tak sama dengan anak pada umumnya.
Balita Al (3) anak dari pasangan YL (24) dan RH (25) ternyata oleh petugas dinyatakan mengalami stunting atau tengkes.
Temuan itu hasil deteksi Kader Surabaya Hebat (KSH) yang berada di kelurahan Gading, Kecamatan Tambaksari. Kota Surabaya Jawa Timur, saat melakukan aktivitas di Posyandu setempat.
Baca juga: Derita Maghfirah, Penderita Stunting dan Hidrosefalus yang Tak Bisa Menikmati Pelukan Ibunya
Yl bercerita, mulanya ia tak menyadari bahwa Al putra keduanya mengalami stunting, meskipun dirinya sudah mengetahui bahwa anaknya mengalami kurang tinggi dan berat badannya.
Yl menikah dengan suaminya terbilang usia dini sebab pada tahun 2016 lalu dia baru berumur 17 tahun sedangkan RH berumur 18 tahun.
Mereka memutuskan segera menikah karena keduanya sudah siap lahir batin menjalani bahtera rumah tangga.
Kini dia dikarunia dua anak, kakak dari AL sekarang sekolah TK.
YL menjalani peran ibu sangat luar biasa, dia harus mengantarkan dan menjaga anak pertamanya yang sekolah dengan membawa AL.
"Saya sudah biasa ngasuh anak kecil begini, dulu waktu sebelum nikah saya sering diminta bantuan sama bibik pegang anaknya, jadi saya wes enggak kaget Mas," tutur dia.
Kendati demikian, YL yang hanya lulusan SMP dan suaminya yang tamatan Sekolah Dasar mengaku paham perihal stunting, dari pemahamannya tengkes adalah kurang tinggi badan anak dan berat badannya.
"Gak papa memang anak saya kurang berat dan tinggi badannya. Gak kaget sih, ow ini namanya stunting, justru malah saya bersyukur ditemukan sejak masih usia dua tahun,"ungkap dia kepada Kompas.com saat didatangkan ke balai RT setempat, Sabtu (1/4/2023).
Baca juga: 700 Ibu Hamil di Balikpapan Berpotensi Tinggi Melahirkan Anak Stunting
YL terbilang warga yang cukup kooperatif, untuk mengejar berat dan tinggi badan anaknya semangatnya terlihat.
Ketika petugas KSH dan tenaga medis serta ahli gizi dari Puskesmas Gading turun ke rumah YL, dia selalu aktif menyampaikan progres dan bertanya ketika ada yang tidak dipahami.
Justru dia merasa senang, karena anak keduanya ini diperhatikan langsung oleh tenaga yang andal.
YL tak berpikir itu adalah bagian aib keluarganya, pendidikan Yl meskipun tamatan SMP kematangan cara berpikirnya muncul.