Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Anak Napiter, Sejak Kecil Mengaku Tak Pernah Rasakan Bangku Sekolah Formal

Kompas.com - 27/02/2023, 15:19 WIB
Hamzah Arfah,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

“Kalau di pondok ya biasa saja, ngumpul bareng. Di sana biasa pakai Bahasa Indonesia, kecuali Senin dan Selasa harus pake Bahasa Arab. Pernah diterapin setiap hari pakai Bahasa Arab, tapi enggak jalan. Makanya dibuat pelan-pelan,” tutur F.

Cita-cita

Dalam beberapa bulan ke depan, F bakal segera menuntaskan pendidikannya di pesantren.

Anak ketiga dari tujuh bersaudara ini pun menuturkan, telah memiliki gambaran untuk dapat meneruskan kehidupan yang diinginkan, berikut cita-cita yang hendak diraih.

“Saya ingin bantu orangtua. Cuma kata orangtua kalau misalkan kerja, terus ilmunya buat apa. Ya udah akhirnya saya ingin nanti bisa mengajar, kemarin ada teman yang sudah menawari mengajar di Tangerang,” kata F.

“Ayah sebenarnya ingin tetap saya belajar menuntut ilmu. Tapi karena saya anak laki-laki paling besar, tanggung jawab kepada orangtua, ingin kerja sambil ngajar. Adik-adik juga masih kecil,” tambahnya.

Baca juga: 40 Napi Teroris Ikrar Setia ke NKRI, BNPT: Hadiah Luar Biasa HUT ke-77 RI

Tanggapan Ali Fauzi

Ali Fauzi optimistis, berbekal pendidikan dan ilmu yang dimiliki akan membuat F banyak dibutuhkan. Terlebih, kategori peminat ilmu yang dipelajari oleh F di Indonesia saat ini, dinilai Ali masih cukup minim.

“Dengan menguasai ilmu yang sekarang, tentu akan dicari, diminati banyak pihak. Kemarin saya antar laptop ke sana (tempat F mondok), karena salah satu syarat tugas akhir itu kan harus punya ketikan dan itu butuh laptop,” kata Ali.

Ali juga melihat, lingkungan dan budaya pesantren tempat F saat ini menimba ilmu, cukup bagus bagi perkembangan F. Sebab pesantren tersebut, kata Ali, didukung oleh ustaz dan juga tenaga pendidik berkualitas.

Baca juga: Puluhan Eks Napi Teroris Jabar Gelar Upacara HUT Kemerdekaan RI di Tasikmalaya

Mendengar kisah F yang belum pernah merasakan bangku sekolah formal hingga saat ini, Ali pun berharap, pemerintah dalam hal ini BNPT, dapat bekerja sama dengan pihak-pihak terkait untuk membantu pendidikan anak-anak napiter dan eksnapiter.

“F tidak pernah sekolah formal. Ini artinya apa, kehadiran pemerintah itu sangat minim, belum menyentuh, belum sampai mengurusi pendidikan anak-anak ini. Seumpama ada perguruan tinggi yang bisa membantu program pendidikannya, ya terima kasih, sebab tidak pernah diurus (oleh negara),” ucap Ali.

Kemudian Ali juga sempat bertitip pesan kepada F, yang juga ditujukan bagi anak napiter dan eks napiter lainnya, untuk tidak dendam dan dapat melupakan apa yang telah terjadi. Serta, terus mencintai NKRI sebagai harga mati.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

6 Orang Jadi Tersangka Tawuran yang Menewaskan Remaja di Surabaya

6 Orang Jadi Tersangka Tawuran yang Menewaskan Remaja di Surabaya

Surabaya
Nobar Timnas Indonesia di Balai Kota Surabaya, Sejumlah Ruas Jalan Macet Total

Nobar Timnas Indonesia di Balai Kota Surabaya, Sejumlah Ruas Jalan Macet Total

Surabaya
Pilkada 2024, Mantan Wali Kota Malang Abah Anton Daftar ke PKB

Pilkada 2024, Mantan Wali Kota Malang Abah Anton Daftar ke PKB

Surabaya
Dokter Meninggal dalam Kecelakaan Moge di Probolinggo, Sosoknya Dikenal Baik dan Rajin

Dokter Meninggal dalam Kecelakaan Moge di Probolinggo, Sosoknya Dikenal Baik dan Rajin

Surabaya
Truk Tabrak Lansia di Gresik, Sopir Diduga Mabuk

Truk Tabrak Lansia di Gresik, Sopir Diduga Mabuk

Surabaya
Residivis Bunuh Tetangga di Dekat Makam Leluhur, Rumah Pelaku Dikepung

Residivis Bunuh Tetangga di Dekat Makam Leluhur, Rumah Pelaku Dikepung

Surabaya
Kecelakaan Moge di Probolinggo, Polisi Cari Pengendara NMax yang Diduga Menyeberang Tiba-tiba

Kecelakaan Moge di Probolinggo, Polisi Cari Pengendara NMax yang Diduga Menyeberang Tiba-tiba

Surabaya
Pria di Malang Tewas Dianiaya Tetangganya, Pelaku 3 Kali Masuk Penjara

Pria di Malang Tewas Dianiaya Tetangganya, Pelaku 3 Kali Masuk Penjara

Surabaya
Cerita Suwito Berwajah Mirip Shin Tae-yong: Setelah Video Diunggah, Banyak yang DM Saya

Cerita Suwito Berwajah Mirip Shin Tae-yong: Setelah Video Diunggah, Banyak yang DM Saya

Surabaya
Polisi Ungkap Kronologi Suami di Tuban Meninggal Usai Cekik Istrinya

Polisi Ungkap Kronologi Suami di Tuban Meninggal Usai Cekik Istrinya

Surabaya
Kecelakaan Beruntun di Probolinggo, Pasutri Pengendara Harley-Davidson Tewas

Kecelakaan Beruntun di Probolinggo, Pasutri Pengendara Harley-Davidson Tewas

Surabaya
Mobil Satu Keluarga Tabrak Kereta di Sidoarjo, 3 Orang Luka Berat

Mobil Satu Keluarga Tabrak Kereta di Sidoarjo, 3 Orang Luka Berat

Surabaya
ABK Tewas Terjatuh di Probolinggo

ABK Tewas Terjatuh di Probolinggo

Surabaya
Terbukti Selingkuh dan Telantarkan Keluarga, Polisi di Sumenep Dipecat dengan Tidak Hormat

Terbukti Selingkuh dan Telantarkan Keluarga, Polisi di Sumenep Dipecat dengan Tidak Hormat

Surabaya
Maling Motor di Surabaya Tertangkap Usai Terjebak Macet

Maling Motor di Surabaya Tertangkap Usai Terjebak Macet

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com