“Kalau di pondok ya biasa saja, ngumpul bareng. Di sana biasa pakai Bahasa Indonesia, kecuali Senin dan Selasa harus pake Bahasa Arab. Pernah diterapin setiap hari pakai Bahasa Arab, tapi enggak jalan. Makanya dibuat pelan-pelan,” tutur F.
Dalam beberapa bulan ke depan, F bakal segera menuntaskan pendidikannya di pesantren.
Anak ketiga dari tujuh bersaudara ini pun menuturkan, telah memiliki gambaran untuk dapat meneruskan kehidupan yang diinginkan, berikut cita-cita yang hendak diraih.
“Saya ingin bantu orangtua. Cuma kata orangtua kalau misalkan kerja, terus ilmunya buat apa. Ya udah akhirnya saya ingin nanti bisa mengajar, kemarin ada teman yang sudah menawari mengajar di Tangerang,” kata F.
“Ayah sebenarnya ingin tetap saya belajar menuntut ilmu. Tapi karena saya anak laki-laki paling besar, tanggung jawab kepada orangtua, ingin kerja sambil ngajar. Adik-adik juga masih kecil,” tambahnya.
Baca juga: 40 Napi Teroris Ikrar Setia ke NKRI, BNPT: Hadiah Luar Biasa HUT ke-77 RI
Ali Fauzi optimistis, berbekal pendidikan dan ilmu yang dimiliki akan membuat F banyak dibutuhkan. Terlebih, kategori peminat ilmu yang dipelajari oleh F di Indonesia saat ini, dinilai Ali masih cukup minim.
“Dengan menguasai ilmu yang sekarang, tentu akan dicari, diminati banyak pihak. Kemarin saya antar laptop ke sana (tempat F mondok), karena salah satu syarat tugas akhir itu kan harus punya ketikan dan itu butuh laptop,” kata Ali.
Ali juga melihat, lingkungan dan budaya pesantren tempat F saat ini menimba ilmu, cukup bagus bagi perkembangan F. Sebab pesantren tersebut, kata Ali, didukung oleh ustaz dan juga tenaga pendidik berkualitas.
Baca juga: Puluhan Eks Napi Teroris Jabar Gelar Upacara HUT Kemerdekaan RI di Tasikmalaya
Mendengar kisah F yang belum pernah merasakan bangku sekolah formal hingga saat ini, Ali pun berharap, pemerintah dalam hal ini BNPT, dapat bekerja sama dengan pihak-pihak terkait untuk membantu pendidikan anak-anak napiter dan eksnapiter.
“F tidak pernah sekolah formal. Ini artinya apa, kehadiran pemerintah itu sangat minim, belum menyentuh, belum sampai mengurusi pendidikan anak-anak ini. Seumpama ada perguruan tinggi yang bisa membantu program pendidikannya, ya terima kasih, sebab tidak pernah diurus (oleh negara),” ucap Ali.
Kemudian Ali juga sempat bertitip pesan kepada F, yang juga ditujukan bagi anak napiter dan eks napiter lainnya, untuk tidak dendam dan dapat melupakan apa yang telah terjadi. Serta, terus mencintai NKRI sebagai harga mati.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.