Pada 1997, Tetris memutuskan menggeluti profesi sebagai pelukis. Kala itu, bapak dua anak tersebut melukis di atas kanvas dengan pensil maupun cat.
Baca juga: Jaksa yang Cabuli Anak Laki-laki di Jombang Dituntut 10 Tahun Penjara
Suatu hari, Tetris mengamati banyak kertas buku pelajaran sekolah yang saat itu berakhir dibakar atau terbuang sia-sia.
Kemudian terbersit dalam pikiran Tetris untuk memanfaatkan kertas-kertas tersebut sebagai bahan dari karyanya.
Percobaan demi percobaan dia lakukan, hingga akhirnya Tetris yakin jika limbah kertas yang telah diolah bisa menghasilkan karya lukis yang unik dan berkualitas.
Baca juga: Jaksa yang Cabuli Anak Laki-laki di Jombang Dituntut 10 Tahun Penjara
Sejak 1998, Tetris mulai serius memanfaatkan limbah kertas untuk melukis.
Setelah memastikan lukisannya layak dinikmati publik, dia pun mulai berani memamerkan karyanya di beberapa tempat dalam beragam acara.
“Mulai melukis sejak tahun 1997, kalau melukis dari bubur kertas sejak 1998. Ide awalnya karena melihat banyaknya bekas buku pelajaran, pikirnya waktu itu eman-eman (sayang) kalau hanya dibakar atau dijual kiloan,” ujar Tetris.
Hingga saat ini, Tetris masih melukis dengan menggunakan limbah kertas.
Diakui Tetris, pesanan lukisan dari limbah kertas memang tidak cukup banyak jika dibandingkan dengan permintaan melukis dengan pensil maupun cat.
“Setiap bulan ada dua sampai tiga pesanan lukisan dari limbah kertas. Peminatnya memang enggak banyak, tetapi setiap bulan ada (pesanan),” ujar Tetris.
Dia mengungkapkan, untuk lukisan dari limbah kertas, dia memberlakukan tarif bervariasi.
Untuk satu bingkai lukisan dengan ukuran 40x60 sentimeter, biasanya dijual dengan harga Rp 800.000 hingga Rp 1 juta.
Variasi harga, lanjut Tetris, juga tergantung pada tingkat kerumitan lukisan maupun tingkat kesulitan dalam melukis.
Dia menambahkan, pendapatannya sebagai pelukis mengalami penurunan drastis sejak pandemi Covid-19.
Pendapatannya kini rata-rata Rp 5 juta per bulan. Sedangkan sebelum pandemi pria tersebut bisa mencapai Rp 25 juta per bulan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.