Dari sisi jumlah keluarga terdampak, paling banyak ada di Desa Purworejo, Kecamatan Wates dengan total 52 rumah rusak atau roboh dan 87 keluarga terdampak. Disusul Desa Binangun, Kecamatan Binangun dengan 53 keluarga terdampak serta Desa Balerejo, Kecamatan Panggungrejo dengan 21 rumah rusak atau roboh dan 39 keluarga terdampak.
Lokasi bencana tanah bergerak lainnya ada di Desa Maron, Kecamatan Kademangan dengan 6 rumah rusak dan 9 keluarga terdampak serta Desa Pandanarum, Kecamatan Sutojayan dengan 1 rumah rusak dan 8 keluarga terdampak.
"Tanah bergerak memang tidak semuanya berdampak pada kerusakan rumah terjadi retakan tanah atau longsor di bagian pekarangan warga, misalnya," jelas Ivong.
Baca juga: Detik-detik Kakak Beradik Tewas Terjepit di Dalam Pikap yang Tertimpa Pohon Tumbang di Blitar
Menurut Ivong, bencana tanah bergerak terjadi berbarengan dengan turunnya hujan deras pada 16 Oktober 2022 yang memicu terjadinya bencana banjir di sejumlah titik di Kabupaten Blitar.
"Kejadian ini sudah kami laporkan dan akan ada beberapa tahapan penanganan, termasuk survei dari PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi)," ujarnya.
Ivong mengatakan, pihaknya telah menetapkan status darurat bencana tanah bergerak di titik-titik lokasi tersebut sejak 17 Oktober hingga 15 November 2022 nanti.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.