"Bisa saja (gas air mata memengaruhi), bisa enggak, tapi karena kalau dia single trauma mungkin kita bisa ngomong, tapi masalahnya ini ada pendarahan di perut, di dadanya, jadi semua ini saling berkontribusi," katanya.
Syaifullah mengatakan bahwa trauma dalam tubuh pasien merupakan proses yang dinamis.
Memang sesak yang dialami almarhumah bisa saja dipengaruhi oleh asap gas air mata.
Namun, kondisi organ dalam Helen yang mengalami perburukan, kata dia, akan mengakibatkan kebutuhan peningkatan oksigen.
"Sementara paru-parunya tidak mampu mensuplai, sehingga menimbulkan hipoksia, jadi banyak hal, untuk menarik kesimpulan disebabkan oleh gas terlalu dini," katanya.
Baca juga: Korban Tewas ke-132 dalam Tragedi Kanjuruhan Alami Gagal Napas Akut
Pihaknya juga akan melakukan analisis lebih lanjut terkait pengaruh gas air mata terhadap pasien-pasien tergolong berat dari tragedi di Stadion Kanjuruhan.
Pengumpulan data-data melalui rekam medis pasien akan dilakukan. Seperti hasil dari X-Ray, hasil laboratorium dan lainnya.
"Nanti kita telaah, sehingga ke depan bisa meningkatkan kualitas pelayanan kita berdasarkan data-data yang ada. Sehingga bisa menemukan satu kesimpulan, tapi sekarang belum, karena kita fokus penanganan pasien untuk pelayanan terbaik," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.