Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanda Tanya soal Gas Air Mata dalam Kematian Korban Kanjuruhan, Ini Penjelasan Wadir RSSA

Kompas.com, 11 Oktober 2022, 19:39 WIB
Nugraha Perdana,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Korban meninggal dunia dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan bertambah satu orang. Total saat ini korban dalam tragedi itu menjadi 132 orang

Korban meninggal diketahui berjenis kelamin wanita bernama Helen Prisela (20) asal Desa Amadanom, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang.

Helen meninggal pada Selasa (11/10/2022), pukul 14.25 WIB di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA), Kota Malang karena gagal napas akut (Acute Respiratory Distress Syndrome).

Baca juga: Korban Tewas ke-132 dalam Tragedi Kanjuruhan Alami Gagal Napas Akut

Wakil Direktur Pelayanan RSSA, Syaifullah Asmiragani angkat bicara mengenai kemungkinan gas air mata sebagai penyebab kematian korban.

Meski belum dapat memastikan pengaruh gas air mata pada kondisi korban, Syaifullah menyebutkan, hipoksia atau kurangnya oksigen di dalam tubuh dapat dimungkinkan terjadi karena dua faktor.

"Kalau hipoksia bisa karena gasnya, bisa karena berimpitan. Tapi secara langsung (mengenai) disebabkan gas air mata (atau tidak), saya juga tidak bisa memastikan itu," kata Syaifullah pada Selasa (11/10/2022).

Baca juga: Korban Tewas Tragedi Kanjuruhan Bertambah Jadi 132 Orang

Sedangkan dalam kondisi korban Helen, dia mengalami trauma tubuh pada bagian area wajah, kemudian patah tulang tangan, dan pendarahan perut serta dada.

Menurutnya, kondisi tersebut disebabkan karena Helen mengalami desakan, terjatuh dan terinjak sehingga memperburuk keadaan.

"Soalnya gini orang dalam posisi tanpa gas air mata pun, kita kalau tertekan dadanya, terdesak karena darah atau apa, itu tetap akan mengakibatkan hipoksia di otak," katanya.

"Bisa saja (gas air mata memengaruhi), bisa enggak, tapi karena kalau dia single trauma mungkin kita bisa ngomong, tapi masalahnya ini ada pendarahan di perut, di dadanya, jadi semua ini saling berkontribusi," katanya.

Syaifullah mengatakan bahwa trauma dalam tubuh pasien merupakan proses yang dinamis.

Memang sesak yang dialami almarhumah bisa saja dipengaruhi oleh asap gas air mata.

Namun, kondisi organ dalam Helen yang mengalami perburukan, kata dia, akan mengakibatkan kebutuhan peningkatan oksigen.

"Sementara paru-parunya tidak mampu mensuplai, sehingga menimbulkan hipoksia, jadi banyak hal, untuk menarik kesimpulan disebabkan oleh gas terlalu dini," katanya.

Baca juga: Korban Tewas ke-132 dalam Tragedi Kanjuruhan Alami Gagal Napas Akut

Pihaknya juga akan melakukan analisis lebih lanjut terkait pengaruh gas air mata terhadap pasien-pasien tergolong berat dari tragedi di Stadion Kanjuruhan.

Pengumpulan data-data melalui rekam medis pasien akan dilakukan. Seperti hasil dari X-Ray, hasil laboratorium dan lainnya.

"Nanti kita telaah, sehingga ke depan bisa meningkatkan kualitas pelayanan kita berdasarkan data-data yang ada. Sehingga bisa menemukan satu kesimpulan, tapi sekarang belum, karena kita fokus penanganan pasien untuk pelayanan terbaik," katanya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Baca tentang


Terkini Lainnya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau