KOMPAS.com - Tembakan gas air mata yang dilepaskan aparat keamanan ke arah tribune di Stadion Kanjuruhan, Malang, disebut para saksi mata menjadi biang kerok yang menyebabkan kepanikan dan 125 orang meninggal serta lebih dari 300 lainnya luka-luka.
Stadion Kanjuruhan memiliki 14 tribune (pintu masuk) kelas ekonomi dan satu tribune VIP.
Lautan awan putih akibat gas air mata disebut menutupi wilayah bagian tribune 10-14 di sisi selatan stadion yang dipenuhi dengan orang tua, balita, anak-anak, dan kelompok remaja.
Wartawan BBC News Indonesia, Raja Eben Lumbanrau, mewawancarai sejumlah saksi yang menceritakan menit-menit mematikan pada Sabtu (1/10/2022) itu dari beragam posisi para penonton.
Baca juga: Tragedi Stadion Kanjuruhan, Kisah Pilu Kuburan Massal di Pintu 13 dan 14
Mereka adalah Andika Bimantara dan Muhamad Dipo Maulana yang berada di tribune VIP.
Lalu, Fahryanto Bagustuza di tribune 7-8. Risma Eko Widianto berada di tribune 12 dan Chandra Dirawan di tribune 14.
Mereka menghabiskan waktu hingga dua jam dari yang biasanya cukup ditempuh sekitar 40 menit karena jalan yang padat oleh para pendukung tim Arema Malang, atau dikenal Aremania.
Sementara Risma Eko (18) tiba lebih awa,l sekitar pukul setengah lima sore. Dia dan teman-teman yang lain melakukan latihan koreografi untuk ditampilkan saat laga berlangsung.
Baca juga: 33 Anak Meninggal Saat Tragedi Kanjuruhan, Ada yang Usia 4 Tahun
Dua yang lain, Andika Bimantara (25) dan Chandra Dirawan (19) tiba antara pukul 18.00-19.00 WIB.
Senada, mereka semua menceritakan, situasi saat itu 'dibanjiri' dengan pendukung lautan biru, warna kebanggaan tim Arema Malang.
Tidak ada pendukung tim lawan, Persebaya yang diizinkan menonton karena alasan keamanan.
Andika dan Dipo menyaksikan dari tribune VIP.
Sementara Fahryanto seorang diri di tribune 7-8, Eko di tribune 12 dan Chandra di tribune 14.
Mereka mengatakan, laga pertama berlangsung panas. Masing-masing tim saling menjebol gawang lawan dan tercipta skor dua sama.
Namun, panasnya laga tidak menimbulkan aksi kekerasan di kursi penonton, yang terdengar adalah kata-kata "kasar" dan kekecewaan yang terucap.
Ketika turun minum, kata Chandra, di tribune 13 - di sebelah tempat dia menonton - beberapa penonton berkelahi dan diamankan aparat keamanan.
Fahryanto juga melihat insiden di tribune 13 itu. Dari tribune 7-8, dia melihat beberapa orang mengejar yang lain.
Selebihnya, menurut mereka tidak ada insiden besar, hanya nyanyian yel-yel yang bersaut-sautan.
Dalam situasi tertinggal, Eko yang nonton dari tribune 12 menceritakan, para penonton terlihat memanas.
Terdengar ucapan-ucapan kasar yang ditujukan kepada baik pemain Arema maupun Persebaya.
Situasi yang sama juga digambarkan oleh narasumber yang lain, hingga akhirnya memasuki 10 menit akhir pertandingan.
Menurut pengamatan Chandra, beberapa penonton mulai melemparkan plastik berisi air ke lapangan. Alasannya karena beberapa pemain Persebaya, menurutnya, terlihat mengulur-ulur waktu.
Baca juga: Sederet Aksi Solidaritas dan Doa Bagi Korban Tregedi Kanjuruhan Malang
Dari tribune Fahryanto, terlihat beberapa penonton juga mulai melempari nasi bungkus dan kantong plastik air.
Arema pun semakin menyerang, namun selama 90 menit plus tujuh menit waktu tambahan, tidak ada gol yang disarangkan.
Pertandingan pun diakhiri dengan kemenangan Persebaya 3-2.
Sementara di lapangan, terlihat pemain Arema tertunduk lesu. Lalu mereka, mendatangi tribune penonton untuk menyampaikan permintaan maaf.
Kejadian itu berlangsung sekitar 10-15 menit. Belum ada satu pun penonton yang turun ke lapangan.
Situasi tersebut disebut cukup hening karena penonton masih belum menerima kekalahan.
Lalu, seorang pemain Arema menuju depan tribune 7-8, menurut kesaksian Fahryanto. Terlihat satu orang penonton, yang diikuti tiga di belakangnya, turun ke lapangan dari tribune 9 dan 10.
"Penonton menghampiri pemain Arema, terlihat menunjuk ke pemain, seperti meluapkan kekecewaanya. Lalu ia dirangkul pemain itu.Tapi polisi datang, menghalau penonton, dan melakukan tindakan represif, ditarik bajunya, dipukul hingga jatuh," kata Fahryanto.
Tiga teman di belakangnya mencoba menolong, namun kembali mendapatkan hantaman keras dari polisi.
"Satu tergeletak, tiga di belakangnya dipukul polisi dan melawan," kata Fahryanto.
Andika dari tribune VIP juga melihat kejadian tersebut.
Menurutnya, satu atau dua orang penonton mendatangi pemain Arema, tetapi dipukul mundur oleh aparat keamanan.
Baca juga: Polri Klaim Tak ada Penangkapan Pengunggah Video Tragedi Kanjuruhan
"Mereka dipukul tongkat sampai jatuh tergeletak, namun bisa bangkit lalu kabur," kata Andika.
Melihat tindakan pemukulan polisi itu, ratusan penonton dari segala penjuru tribune, disebut melompat pagar pembatas tribune dan turun ke lapangan yang berjarak setinggi sekitar enam meter.
Fahryanto melihat, kumpulan penonton yang turun pertama kali berasal dari tribune 12. Lalu serentak diikuti oleh ratusan dari tribune lain.
"Di lapangan mereka bentangin poster, bentrok dengan polisi, menolong rekan penonton lain yang terluka," kata Fahryanto.
Sementara Dipo melihat, ratusan penonton yang turun pertama kali berasal dari tribune 7-8 yang berbarengan dari tribune 10 hingga 12.
Dari tribune 12 sendiri, Eko mengatakan hal yang sama.
Menurutnya, terdapat seorang penonton yang memberikan aba-aba mengajak para penonton untuk turun. Serentak, Eko melihat, banyak penonton bergegas ke lapangan.
Dari sisi VIP, Andika mengatakan, setelah ratusan penonton turun ke lapangan. Polisi bergerak mundur perlahan ke depan wilayah VIP.
Mereka pun mengeluarkan anjing pelacak untuk memukul mundur para penonton.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.