Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/10/2022, 06:26 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Di telinga Dadang Indarto (40) warga Kelurahan Tembalangan Kota Malang, Jawa Timur, suara minta tolong selalu terngiang.

Suara itu berasal dari para korban tragedi di Stadion Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022, salah satu insiden stadion paling mematikan di dunia dalam beberapa dekade terakhir.

Setidaknya 125 orang meninggal, lebih 320 lainnya luka-luka.

"Terdengar jeritan, tolong, tolong. Pandangan mata saya seolah-olah korban di depan mata. Baru semalam bisa tidur," kata Dadang kepada wartawan di Malang, Eko Widianto, yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.

Baca juga: 33 Anak Meninggal Saat Tragedi Kanjuruhan, Ada yang Usia 4 Tahun

Pria yang berstatus sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemerintah Kota Batu ini menuturkan kisah horor dimulai tiga menit usai peluit panjang wasit, tanda pertandingan usai.

Ia bergegas keluar tribun, keluar melalui Pintu 13. "Pintu ditutup, saya balik ke tribun," kata dia.

Tiba-tiba terdengar tembakan gas air mata. Tembakan gas air mata kedua diarahkan polisi ke tribun penonton. Sedangkan tembakan ketiga mengenai tribun tempat Dadang berdiri.

"Saya tengkurap. Menutupi wajah dengan kaos. Baru pertama kali rasakan gas air mata yang menyengat," katanya.

Napas mulai sesak dan kulit terasa perih. Lantas ia melompat pagar tribun menuju Pintu 14. Ternyata, ia menemukan banyak penonton bergeletakan.

Baca juga: Sederet Aksi Solidaritas dan Doa Bagi Korban Tregedi Kanjuruhan Malang

Temannya, Dona, turut tergeletak. Dia sudah tak bernyawa.

"Kepala bocor, dia meninggal. Saya gendong ke tempat yang aman," katanya.

Lantas ia mencari bantuan polisi, namun tak ada satupun aparat yang membantu korban.

Kemudian ia berusaha menolong sejumlah penonton yang tergeletak. Para korban dibawa ke ruangan di dalam dekat tribun VIP.

Ternyata di dalam, puluhan jasad suporter berjejer dekat musala.

Saat sedang menolong korban, ia menerima telepon dari kakaknya. Ia mendapat kabar bahwa keponakannya bernama Vera Puspita Ayu, 20 tahun, meninggal.

Baca juga: Kisah Aremanita yang Tewas dalam Tragedi Kanjuruhan, Saat Jenazah Dimandikan Keluar Air dari Mata dan Hidung

Dadang tak menyangka, saat membantu orang lain ternyata keponakannya tengah berjuang melawan maut. Vera berdesakan di antara penonton di Stadion Kanjuruhan.

"Meninggal saat perjalanan ke rumah sakit," katanya.

Wajah almarhumah Vera terlihat menghitam, diduga akibat terpapar gas air mata. Kesedihan tak bisa disembunyikan dari wajah Dadang, ia terpukul karena keponakannya meninggal saat menonton sepak bola.

Keluarga Vera mengembalikan santunan Rp5 juta dari manajemen Arema FC. Mereka berpendapat uang santunan tidak bisa menebus nyawa Vera.

Dadang meminta agar kerusuhan diusut tuntas dan pelaku yang memerintahkan penembakan gas air mata dihukum berat.

Baca juga: Kisah Aremanita yang Tewas dalam Tragedi Kanjuruhan, Saat Jenazah Dimandikan Keluar Air dari Mata dan Hidung

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Bakal Rekrut 14.105 Anggota KPPS, KPU Situbondo Harap Pemkab Toleransi Harga Surat Keterangan Sehat

Bakal Rekrut 14.105 Anggota KPPS, KPU Situbondo Harap Pemkab Toleransi Harga Surat Keterangan Sehat

Surabaya
Kasus Pungli PTSL, Dua Perangkat Desa di Ponorogo Jadi Tersangka

Kasus Pungli PTSL, Dua Perangkat Desa di Ponorogo Jadi Tersangka

Surabaya
1 Tersangka Ditahan dalam Kasus Dugaan Korupsi Rp 9 Milliar di Anak Perusahaan PT Inka

1 Tersangka Ditahan dalam Kasus Dugaan Korupsi Rp 9 Milliar di Anak Perusahaan PT Inka

Surabaya
Pencuri Spesialis Pecah Kaca Mobil di Surabaya Ditangkap, Kerugian Korban Capai Rp 100 Juta

Pencuri Spesialis Pecah Kaca Mobil di Surabaya Ditangkap, Kerugian Korban Capai Rp 100 Juta

Surabaya
Hakim Tolak Permohonan Praperadilan Perkara KSU Montana

Hakim Tolak Permohonan Praperadilan Perkara KSU Montana

Surabaya
Tari Banjar Kemuning: Sejarah Singkat, Fungsi, dan Properti

Tari Banjar Kemuning: Sejarah Singkat, Fungsi, dan Properti

Surabaya
Giliran Penadah Barang Pria yang Tewas Mengenaskan di Gresik Diamankan Polisi

Giliran Penadah Barang Pria yang Tewas Mengenaskan di Gresik Diamankan Polisi

Surabaya
Bekas Posko Pemenangan Khofifah-Emil Jadi Posko TKD Prabowo-Gibran di Jatim

Bekas Posko Pemenangan Khofifah-Emil Jadi Posko TKD Prabowo-Gibran di Jatim

Surabaya
Buruh yang Tendang Anggota Satpol PP Saat Demo di Surabaya Jadi Tersangka

Buruh yang Tendang Anggota Satpol PP Saat Demo di Surabaya Jadi Tersangka

Surabaya
Kuli di Sidoarjo Perkosa Anak Kandung yang Masih di Bawah Umur

Kuli di Sidoarjo Perkosa Anak Kandung yang Masih di Bawah Umur

Surabaya
Korupsi Dana Desa, Kades di Situbondo Ditahan

Korupsi Dana Desa, Kades di Situbondo Ditahan

Surabaya
Berdalih Sayang, Seorang Ayah di Malang Lakukan Pelecehan Seksual kepada Anak Kandung

Berdalih Sayang, Seorang Ayah di Malang Lakukan Pelecehan Seksual kepada Anak Kandung

Surabaya
Caleg PSI di Kota Malang Ditemukan Tewas Dalam Rumah, Warga Paksa Buka Pintu Depan

Caleg PSI di Kota Malang Ditemukan Tewas Dalam Rumah, Warga Paksa Buka Pintu Depan

Surabaya
Dua Kali Mangkir Sidang, Masriah Terekam CCTV Pulang ke Rumah

Dua Kali Mangkir Sidang, Masriah Terekam CCTV Pulang ke Rumah

Surabaya
UMK Terendah di Jatim, Pemkab Dinilai Tak Serius Sejahterakan Buruh

UMK Terendah di Jatim, Pemkab Dinilai Tak Serius Sejahterakan Buruh

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com