Suryati mengungkapkan, permintaan cerai diajukan oleh suaminya. Dia kemudian bercerai dengan suaminya saat Syifa berusia 1 tahun.
Baca juga: Pelaku Penghinaan Iriana Jokowi Diduga Alami Gangguan Jiwa, Gibran: Sudah Ada yang Mengurus
Sepeninggal sang suami, Suryati merawat anaknya dengan bekal hasil dari usaha membuat kerajinan gerabah. Pendapatan yang diperoleh antara Rp 350.000 hingga Rp 500.000 per bulan.
"Paling banyak Rp 500.000, itu satu bulan. Cukup ndak cukup, ya saya cukupin," ungkap Suryati.
Meski ditinggal sang suami, Suryati tak menyerah. Dia terus berusaha mengantarkan anaknya berobat agar penyakit yang diderita bisa disembuhkan.
Namun, pendapatannya yang minim membuat Suryati hanya mampu membawa anaknya rutin berobat ke tempat pengobatan alternatif.
Dia kesulitan membawa Syifa berobat ke tempat layanan kesehatan yang memiliki kapasitas mumpuni, maupun ke dokter spesialis.
Puncaknya, karena masalah biaya, Suryati menghentikan upaya berobat anaknya ke dokter spesialis maupun ke tempat layanan kesehatan yang memiliki kapasitas mumpuni.
Syifa tak lagi dibawa berobat ke dokter maupun rumah sakit sejak usia 9 tahun.
"Akhir-akhirnya saya pasrah, karena tidak ada duit. Waktu itu dia umur 9 tahun," kata Suryati.
Sejak saat itu, Suryati lebih fokus menjaga dan merawat Syifa di rumah, sembari mengerjakan pesanan kerajinan gerabah.
Dia menuturkan, anaknya memang tak lagi berobat ke dokter spesialis ataupun rumah sakit. Namun, Syifa masih menjalani pengobatan alternatif dengan melakukan terapi di rumah.
"Kalau terapi terus berlanjut. Terapi di rumah sini dan biayanya sudah gratis," kata Suryati.
Kondisi terkini, ungkap dia, kondisi anaknya lebih daripada sebelumnya, meski tidak seperti kondisi anak-anak seusianya.
"Alhamdulillah ada perubahan baik dari Syifa saat ini. Dia sudah bisa duduk dan sudah tidak sering keluar air liur dari mulutnya," ujar Suryati.
Suryati menuturkan, Ainur Syifa lahir pada bulan Oktober 2010. Saat anaknya lahir, tak terdengar suara tangisan layaknya bayi kebanyakan saat dilahirkan.