Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Prosesi Upacara Ngaben Massal Umat Hindu di Banyuwangi

Kompas.com - 25/07/2022, 18:16 WIB
Rizki Alfian Restiawan,
Priska Sari Pratiwi

Tim Redaksi


BANYUWANGI, KOMPAS.com - Sebanyak 77 Sawa atau ruhani leluhur umat Hindu yang telah meninggal dunia, akan disucikan dalam upacara pengabenan massal.

Acara ngaben massal yang digelar di Desa Adat Patoman, Kecamatan Blimbingsari, Banyuwangi tersebut berlangsung mulai 24 Juli hingga 27 Juli 2022.

Pemuput dalam upacara ngaben massal ini dipimpin oleh Ida Pandita Mpu Nabe Dharma Mukti Sidha Kerti Ashram Asem Kembar dari Buleleng, Bali.

Secara awam, Ngaben sering diartikan sebagai tradisi pembakaran mayat. Namun pada dasarnya istilah tersebut tak selamanya tepat.

Baca juga: Momen Umat Hindu di Banyuwangi Gelar Upacara Ngaben Massal

Bagi masyarakat Hindu, kematian menjadi persoalan ekonomi sekaligus ruang interaksi dan komunikasi, serta jalinan keterhubungan relasi sosial.

Menurut Ketua Panitia Pengabenan Massal, Made Marsad Wijaya, ngaben sering disebut dengan kata Palebon, yang diyakini berasal dari kata lebu yang berarti tanah, debu atau abu.

"Jadi, ngaben atau palebon adalah sebuah prosesi upacara bagi sang mayat untuk ditanahkan atau menjadi tanah," kata Made, Senin (25/7/2022).

Dalam hal 'mentanahkan' ini, lanjut Made, masyarakat Hindu mengenal dengan dua cara yakni menguburkan atau membakarnya.

Dengan kata lain, prosesi pembakaran mayat ada dalam upacara ngaben. Namun yang perlu diperhatikan ngaben bukan berarti selalu berupa upacara pembakaran mayat.

Secara bahasa, kata ngaben berasal dari kata beya yang berarti biaya atau bekal.

Baca juga: Marak Kasus Kekerasan Seksual di Banyuwangi, Polisi Buka Hotline Pengaduan

Upacara ngaben massal di Banyuwangi, JatimKompas.com / Rizki Alfian Restiawan Upacara ngaben massal di Banyuwangi, Jatim

Ringankan biaya

Dijelaskan Made, dalam pelaksanaannya ngaben merupakan tahap terakhir perjalanan manusia di bumi dan itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Oleh sebab itu, muncul tradisi ngaben massal yang tujuannya untuk meringankan beban biaya keluarga yang ditinggalkan.

Made mengatakan, upacara ngaben masal yang digelar di Desa Adat Patoman ini diikuti bukan hanya oleh umat Hindu setempat.

"Juga ada yang dari desa dan kecamatan lain. Seperti Muncar, Banyuwangi kota dan Banyuwangi selatan," katanya.

Bahkan upacara ngaben massal itu juga diikuti oleh keluarga umat Hindu dari Singaraja, Buleleng, Negara dan berbagai kota dari Pulau Bali.

"Ini upacara pengabenan massal terbesar selama ini," terang Made.

Baca juga: 7 Upacara Adat di Bali, dari Ngaben hingga Galungan

Made mengatakan, ngaben massal ini seharusnya dilakukan pada 2020. Namun karena adanya pandemi Covid-19 baru bisa dilakukan pada tahun 2022 ini.

"Tertunda dua tahun. Sebenarnya jadwal dilakukan 5 tahun sekali. Tapi karena pandemi, jadi mundur," terang Made.

Panitia juga menyederhanakan prosesi Ngaben. Upacara dilakukan tanpa iring-iringan. Semua upakara atau persembahan dan perlengkapan upacara dilakukan di sebelah lokasi acara.

Nantinya, setelah pembakaran Sawa, prosesi dilanjutkan dengan nganyut atau menghanyutkan abu jenazah ke laut.

"Nganyut ini kita kembalikan kepada pihak keluarga. Terserah mau dilarung di mana," ujar Made.

Baca juga: Gempa M 3,7 Guncang Bali, Belum Ada Laporan Kerusakan

Diungkapkan Made, upacara ngaben ini merupakan bentuk penghormatan terakhir terhadap roh leluhur.

"Dalam keyakinan umat Hindu, ngaben merupakan sarana untuk meleburkan unsur-unsur panca mahabhuta yang masih melekat di tubuh jenazah," ujarnya.

Harapannya melalui ngaben ini, roh orang yang telah meninggal dunia dapat segera menuju alam satyaloka atau berreinkarnasi ke dalam siklus samsara.

"Hal ini ditentukan oleh apa yang dilakukan selama menjalani hidup di dunia," terangnya.

Baca juga: Melihat Tari Seblang Bakungan Banyuwangi, Ketika Roh Leluhur Rasuki Tubuh Sang Penari

Upacara ngaben massal di Banyuwangi, Jawa Timur. Kompas.com / Rizki Alfian Restiawan Upacara ngaben massal di Banyuwangi, Jawa Timur.

Tujuan upacara ngaben

Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Banyuwangi, Drs. Suminto menjelaskan, Ngaben massal sejatinya memperlihatkan sisi lain kehidupan umat Hindu.

Kompleksnya adalah kewajiban ‘melunasi utang’ kepada leluhur yang dimulai dari ngebet sawa, ngemandusin, mengarak bade, kremasi, hingga nganyut atau pelarungan ke laut.

"Tujuan upacara ngaben ini untuk mempercepat ragha sarira agar dapat kembali ke asalnya, yaitu panca maha buthadi alam ini dan bagi atma dapat cepat menuju alam pitra," terang Suminto.

Secara umum landasan filosofis ngaben merupakan panca sradha, yakni lima kerangka dasar Agama Hindu yaitu Brahman, Atman, Karmaphala, Samsara dan Moksa.

"Sedangkan secara khusus karena wujud cinta anak kepada para leluhur dan kepada orang tuanya," ucap Suminto.

Baca juga: Kronologi Siswi di Banyuwangi Diperkosa 3 Orang hingga Hamil, Sempat Dicekoki Miras, Dinikahi lalu Ditinggal Pergi

Kepala Desa Patoman, Suwito mengatakan, ada sekitar seribu orang umat Hindu di wilayah yang dipimpinnya.

"Dari jumlah tersebut, semua hidup rukun dan saling toleransi," ujar Suwito.

Dalam pelaksanaan upacara ngaben, umat Hindu dan masyarakat di Desa Patoman selalu gotong-royong membantu menyukseskan.

"Tahun 2022 ini merupakan acara ngaben yang ke-7 kali. Setelah sebelumnya sempat tertunda akibat pandemi Covid-19," terangnya.

Baca juga: Kantor Bupati Banyuwangi Dimasuki Monyet, Berkas Penting Diacak-acak

Dikatakan Suwito, masyarakat Desa Patoman dihuni oleh beberapa macam suku di antaranya Jawa, Osing, Madura dan Bali.

"Bahkan uniknya, bahasa yang digunakan masyarakat juga berbeda-beda. Tergantung sukunya masing-masing, dan semua saling menghormati," ucap Suwito.

Atas masyarakatnya yang heterogen dengan hidup saling berdampingan itu, Desa Patoman pernah mendapat predikat sebagai desa kebangsaan di Kabupaten Banyuwangi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Update Banjir Lahar Semeru, 32 KK Mengungsi, 3 Jembatan Rusak

Update Banjir Lahar Semeru, 32 KK Mengungsi, 3 Jembatan Rusak

Surabaya
Anak Isa Bajaj Diduga Jadi Korban Tindak Kekerasan di Alun-alun Magetan

Anak Isa Bajaj Diduga Jadi Korban Tindak Kekerasan di Alun-alun Magetan

Surabaya
Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Surabaya
Simpan dan Racik Bahan Peledak untuk Petasan, 6 Orang di Sidoarjo Ditangkap

Simpan dan Racik Bahan Peledak untuk Petasan, 6 Orang di Sidoarjo Ditangkap

Surabaya
Kendaraan Roda 2 Dominasi Arus Balik ke Bali, Capai 8.125 Unit

Kendaraan Roda 2 Dominasi Arus Balik ke Bali, Capai 8.125 Unit

Surabaya
WNA Filipina Ditemukan Meninggal di Kamar Apartemen Surabaya

WNA Filipina Ditemukan Meninggal di Kamar Apartemen Surabaya

Surabaya
Banjir Lahar Gunung Semeru, Jembatan Gondoruso Putus

Banjir Lahar Gunung Semeru, Jembatan Gondoruso Putus

Surabaya
Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Surabaya
Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Surabaya
Arak-arak Bondowoso: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Arak-arak Bondowoso: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Surabaya
20 Warga Banyuwangi Positif Chikungunya, 40 Orang Suspek

20 Warga Banyuwangi Positif Chikungunya, 40 Orang Suspek

Surabaya
Banjir Lahar Semeru di Lumajang, Ratusan Warga Mengungsi

Banjir Lahar Semeru di Lumajang, Ratusan Warga Mengungsi

Surabaya
11 Orang Ditangkap dalam Penggerebekan Narkoba di Jalan Kunti Surabaya

11 Orang Ditangkap dalam Penggerebekan Narkoba di Jalan Kunti Surabaya

Surabaya
Polres Situbondo Akan Panggil Petugas ASDP Buntut Penangkapan Calo di Pelabuhan Jangkar

Polres Situbondo Akan Panggil Petugas ASDP Buntut Penangkapan Calo di Pelabuhan Jangkar

Surabaya
Ambulans Pengangkut Rombongan Pegawai Hendak Halal Bihalal Terguling di Tulungagung

Ambulans Pengangkut Rombongan Pegawai Hendak Halal Bihalal Terguling di Tulungagung

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com