KOMPAS.com - JE, tersangka kasus kekerasan seksual di Sekolah Selamat Pagi Indonesia (SPI) dijebloskan ke ke penjara pada Senin (11/7/2022).
Pendiri sekolah SPI tersebut ditangkap di kawasan Citralan di wilayah Surabaya. Ia kemudian ditahan di Lapas Lowokwaru Malang.
Sidang kasus yang melibatkan JE sudah digelar secara tetutup sejak pertengahan Februari 2022 di Pengadilan Negeri Malang.
JE sebelumnya tak ditahan karena dianggap kooperatif. Ia kemudian ditahan karena dianggap menginitimidasi keluarga korban.
Total ada sekitar 9 saksi korban yang mundur saat diminta untuk hadir di persidangan.
Baca juga: 21 Alumni Jadi Korban Seksual Pendiri Sekolah, SMA di Batu Terkenal Sediakan Pendidikan Gratis
Kasus yang melibakan JE, pendiri sekolah SPI bergulir sejak pertengahan 2021.
Saat itu ada 21 alumni SMA SPI yang melapor menjadi korban kekerasan seksual JE saat masih duduk di bangku sekolah.
Para korban pun melaporkan kasus tersebut ke Polda Jatim pada Sabtu (29/5/2021).
Ketua Komnas Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait yang mendampingin para korban mengatakan pihaknya telah mengumpukan keterangan dari siswa serta alumni yang tersebar di seluruh Indonesia.
Ia mengatakan sekolah tersebut menyediakan pendidikan gratis untuk anak-anak dari keluarga miskin di Tanah Air.
Baca juga: 21 Alumni SMA di Batu Diduga Jadi Korban Kekerasan Seksual Pendiri Sekolah, Terjadi sejak Tahun 2009
"Peserta didik ini berasal dari berbagai daerah, dari keluarga-keluarga miskin yang seyogianya dibantu agar bisa berprestasi dan sebagainya. Tapi ternyata dieksploitasi secara ekonomi, seksual, dan sebagainya. Ada yang dari Palu, Kalimantan Barat, Kudus, Blitar, Kalimantan Timur, dan sebagainya," kata Arist, Mei 2021.
Menurut Arist, dugaan pelecehan seksual olehh JE dilakukan sejak 2009. Korban bukan hanya siswa yang masih sekolah, tapi juga alumni yang sudah lulus sekolah.
"Kurang lebih 15 orang, yang tiga orang begitu serius persoalannya. Ada kemungkinan korban-korban baru karena ini tidak pernah terbuka dan tidak ketahuan," ujar dia.
"Ini menyedihkan, sekolah yang dibanggakan Kota Batu dan Jatim ternyata menyimpan kejahatan yang mencederai dan menghambat anak-anak tumbuh dan berkembang dengan baik," ucap Arist.
Berdasarkan keterangan para korban, kata Arist, kekerasan seksual yang dilakukan oleh JE sering kali terjadi atau dilakukan di sekolah.
"Ini dilakukan di lokasi di mana anak itu dididik yang seyogyanya menjadi entrepreneur dan berkarakter, tetapi karena perilaku si pengelola ini mengakibatkan si anak berada dalam situasi yang sangat menyedihkan," ujar Arist.
Bahkan, kekerasan seksual ini juga diduga dilakukan oleh JE ketika ia dan murid-muridnya sedang kunjungan ke luar negeri.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.