LUMAJANG, KOMPAS.com - Meski telah ditutup, ajang Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jatim VII menyisakan cerita dari Dusun Poncosumo, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupeten Lumajang, Jawa Timur.
Kisah tersebut mengenai sosok bocah berusia 10 tahun bernama Izam yang sigap menjadi caddy paralayang.
Baca juga: Bupati Lumajang soal Konflik Tambang Pasir Sumberwuluh: Kompleks Sekali
Sejak dibukanya venue paralayang di Gunung Wayang, Izam yang masih duduk di bangku kelas 4 Sekolah Dasar (SD) sangat aktif naik turun gunung.
Padahal, medan menuju Gunung Wayang sangat curam untuk anak seusianya.
Kecintaannya pada dunia olahraga paralayang muncul setelah Izam mengamati para atlet.
Bocah tersebut lalu mulai belajar melipat parasut yang digunakan atlet untuk terbang hingga membawakan perlengkapan terbang yang cukup berat.
"Tugas saya itu bantu lipat parasut, bawa tas, sama usir orang-orang di sekitar landasan kalau ada yang mau mendarat," kata Izam di Gunung Wayang.
Baca juga: Warganya Jalan Kaki ke Jakarta untuk Temui Presiden, Bupati Lumajang: Mau Ketemu Siapa Saja Silakan
Izam mengaku mulai bisa melipat parasut secara mandiri saat berusia delapan tahun. Waktu itu, ia butuh waktu lebih dari 30 menit untul melipat satu parasut.
Kini, kemampuannya sudah terlatih. Satu parasut bisa dilipatnya hanya dalam waktu 10 menit saja.
"Enggak sampai 10 menit, anak-anak yang lain diajari enggak bisa-bisa," ucapnya.
Baca juga: Jaran Kencak hingga Topeng Kaliwungu, Kesenian Tradisional Lumajang di Penutupan Porprov Jatim VII
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.