Fariz berpendapat, kebijakan tersebut lebih banyak memberikan dampak negatif daripada dampak positifnya.
Kebijakan itu, lanjutnya, membuat area city walk menjadi kurang nyaman bagi peziarah karena adanya kendaraan bermotor yang lalu lalang.
"Bagi anak-anak juga menjadi tidak aman karena mereka biasa berlarian di area city walk ini," ujarnya.
Baca juga: Penambangan Pasir Mulai Rambah Permukiman, Warga Geruduk Kantor Desa di Blitar
Menjaga area kompleks Makam Bung Karno aman dan nyaman bagi peziarah, ujarnya, lebih penting untuk jangka panjang dibandingkan kepentingan mendatangkan pengunjung lokal dengan membuka city walk bagi sepeda motor.
Pendapat senada disampaikan pedagang city walk lainnya, Suyoto, yang melihat situasi area city walk menjadi semrawut dengan lalu lalang sepeda motor sejak kebijakan tersebut diterapkan.
Apalagi, ujarnya, pembukaan city walk bagi sepeda motor lebih banyak dimanfaatkan kalangan remaja dan anak muda untuk nongkrong.
Baca juga: Penambangan Pasir Mulai Rambah Permukiman, Warga Geruduk Kantor Desa di Blitar
"Banyak anak muda menggunakan knalpot brong yang sangat mengganggu. Ini jelas tidak tepat sementara ada peziarah yang sedang berdoa di pusara makam Bung Karno," kata dia.
Menurut Suyoto, kebisingan sepeda motor di area city walk, bahkan sering berlangsung hingga malam hari sehingga mengganggu kenyamanan warga setempat juga.
Baca juga: 3 Kamera ETLE Mulai Diterapkan, Polisi Juga Uji Coba Mobil INCAR di Kota Blitar