LUMAJANG, KOMPAS.com - Air terjun Ratu Agung yang terletak di Desa Buwek, Kecamatan Randuagung, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, menjadi spot wisata baru yang wajib dikunjungi saat berkunjung ke Lumajang.
Pemandang yang masih asri dan alami dengan pohon dan bambu menyajikan hawa sejuk dan sedap dipandang.
Baca juga: Pemkab Lumajang Luncurkan E-Nak, Terobosan Baru Atasi Pencurian Sapi
Sayup-sayup suara burung dan gemricik air terjun setinggi tujuh meter tersebut menambah ketenangan jiwa.
Siapa sangka, destinasi wisata eksotis ini dulunya merupakan tempat yang kumuh. Sungainya dijadikan tempat pembuangan limbah oleh masyarakat.
"Awalnya sungai ini tempat pembuangan limbah oleh warga sekitar dan tidak jarang digunakan sebagai akses pencurian ternak sapi," kata Kepala Desa Buwek Riza di Lumajang, Rabu (13/4/2022).
Desa Buwek merupakan salah satu desa di Lumajang yang cukup tertinggal dan namanya jarang dikenal orang. Perangkat desa setempat pun berusaha mencari cara untuk bisa meningkatkan popularitas desa.
Ditemukanlah ide untuk mengubah wajah sungai yang sebelumnya kumuh menjadi tempat yang memiliki nilai jual wisata.
Baca juga: Doodle Art Sarjana Teknik Pertanian di Lumajang, Goresan Tangan Mengundang Rupiah
"Warga antusias sekali mengingat Desa Buwek adalah salah satu desa tertinggal yang sedikit di dengar oleh orang luar, jadi kita coba mencari potensi yang ada di desa, dan setelah kita kaji air terjun itu yang bisa kita maksimalkan potensinya," kata Riza.
Kini, kondisinya jauh berbeda dari sebelumnya, air sungai nampak jernih dilengkapi dengan fasilitas penunjang seperti gazebo.
Memang, pihak desa tidak menginginkan banyak penjual di lokasi wisatanya. Mereka ingin agar kealamian air terjun tetap terjaga.
"Warung atau penjual di dalam lokasi wisata kita minimalkan penjual untuk menjaga keasrian hutan," ungkap Riza.
Meski belum rampung seratus persen, secara bertahap pembangunan wisata air terjun tersebut ditargetkan selesai tahun ini.
Baca juga: Rencana Penertiban Pasar Tumpah Lumajang, Ini Tanggapan Pedagang
Padatnya kegiatan desa dalam menangani pandemi Covid-19 menjadi salah satu faktor terhambatnya pembangunan.
"Kurangnya tempat istirahat, ruang ganti dan kamar mandi, Insyaallah tahun ini launching mohon doa dan dukungannya karena kemarin² kita terkendala kegiatan covid yang cukup menghambat," jelasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang