Kemudian penari berjalan menuju area yag ditentukan dengan diiringi oleh penyanyi perempuan.
Setelah tiba di area itu, penari akan diberi omprok atau mahkota yang berbahan kulit dengan hiasan warna-warni.
Selain itu, penari juga membawa nyiru atau tampah berbentuk bulat terbuat dari anyaman bambu.
Selama menari, penari seblang ini ditutup dengan kedua tangan seorang perempuan tua.
Gambuh atau sesepuh yang memimpin acara akan memanggil nama leluhur yang dipercaya sebagai penjaga desa.
Tanda kehadiran roh leluhur itu saat nyiru yang dibawa penari seblang jatuh. Setelah itu penari biasanya akan kesurupan.
Bagi masyarakat Suku Osing, ritual seblang merupakan ungkapan rasa syukur atas panen yang berhasil.
Selain itu, seblang juga diselenggarakan untuk bersih desa, agar masyarakat terhindar dari bahaya.
Sementara Tari Seblang diyakini sebagai pantulan kekuatan bawah sadar yang lahir dari rasa takut dan hormat terhadap kekuatan di luar manusia.
Di masa modern ini, pelaksanaan seblang mengalami perubahan dari masa lalu.
Salah satunya terkait pelaksanaan ritual yang hanya di dua desa yaitu Bakungan dan Olehsari.
Padahal, di masa lalu seblang boleh dilaksanakan di mana saja.
Namun sesepuh desa akhirnya sepakat agar masing-masing desa hanya melaksanakan ritual asli mereka saja.
Sumber:
UNS.ac.id