Mahasiswa penerima beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan itu, mengatakan setelah menetas dari bak, benur dimasukkan keramba dan di budidaya dalam laut.
Budidaya di dasar laut itu dilakukan selama 5 bulan, mereka harus rutin memeriksa dan memberi makan.
Lobster jenis pasir akan dipanen setelah berbobot 150 gram, dan jenis lainnya 200 gram. Bobot tersebut menjadikan lobster layak diekspor.
Baca juga: Polda Jateng Gagalkan Penyelundupan 9.000 Benih Lobster Senilai Rp 2,3 Miliar
Bersama Kelompok Usaha Bersama (KUB) Pesona Bahari yang mengelola Pantai GWD, penelitian Arif itu menghasilkan 40 kilogram per keramba.
Total sekali panen, mereka menghasilkan 2,5 hingga 3 kwintal lobster, dengan kisaran harga Rp 400 sampai Rp 500 ribu per kilogram. Harga bisa naik ataupun turun setiap waktu.
"Harga bisa lebih tinggi apabila ukuran lobster lebih besar. Biasanya lobster-lobster siap panen tersebut diekspor ke Singapura," ucap Arif.
Kepala Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Bangsring Banyuwangi, Achmad Subijakto mengatakan, lobster Banyuwangi memiliki kualitas ekspor.
Baca juga: Sebanyak 70.000 Benih Lobster Senilai Rp 7 Miliar Asal Jabar Gagal Diselundupkan ke Jambi
Terlebih lobster budidaya di perairan utara Banyuwangi, ternyata juga memiliki kondisi seperti lobster yang tumbuh alami dan tertangkap di usia dewasa.
Badan di bawah naungan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) itu pun berniat mendirikan Lobster Center di Banyuwangi.
"Hasilnya cukup mengagetkan kami, ternyata kualitasnya mutu alam. Jadi meskipun budidaya, kualitasnya seperti tangkapan. Layak ekspor. Produksinya meningkat tajam. Bahkan sudah rutin ekspor ke Singapura, Taiwan, Hong Kong, dan berbagai negara lainnya," kata Subijakto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.