NGANJUK, KOMPAS.com – Purnomo Kasidik (34), warga Desa Sugihwaras, Kecamatan Prambon, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, dibekuk aparat kepolisian, Minggu (8/10/2023).
Purnomo merupakan pelaku penusukan terhadap Sumarsono (54), warga setempat. Korban ditusuk ketika menunaikan shalat Isya berjemaah di Masjid Darus Sa'in, Minggu (1/10/2023) lalu.
“Kami berhasil mengamankan satu orang yang bernama Purnomo Kasidik alias Kembung,” jelas Wakapolres Nganjuk, Kompol Mustijat Priyambodo dalam konferensi pers di Mapolres Nganjuk, Senin (9/10/2023).
Baca juga: Warga Nganjuk Ditusuk Saat Salat Isya di Masjid, Pelaku Buron
Penusukan tersebut, kata Priyambodo, dilatarbelakangi sakit hati.
“(Motifnya) sakit hati, kesal,” kata dia.
Mustijat menuturkan, kasus ini bermula saat Sumarsono dan koleganya yakni Muhammad Maruf menjanjikan kesembuhan kepada Purnomo pada tahun 2019 silam.
Di lingkungan sekitar, Purnomo diduga dikenal memiliki riwayat gangguan kesehatan mental dan sering kumat-kumatan.
Baca juga: Pelaku Penusukan Wanita di Dekat Central Park Diperiksa Kejiwaannya
“Tapi sudah sampai tiga tahun, sudah berobat, namun penyakitnya tidak hilang,” tutur Mustijat.
Kesal dengan hal tersebut, Purnomo lantas merencanakan untuk menusuk Maruf saat menunaikan shalat Isya berjemaah di Masjid Darus Sa'in, Minggu (1/10/2023).
“Namun pada saat di lokasi saudara Maruf ini tidak ada, dan yang kelihatan adalah saudara Sumarsono. Akhirnya saudara Sumarsono ini menjadi korban,” ungkapnya.
Pada saat sujud, lanjut Mustijat, tiba-tiba Purnomo menusuk Sumarsono menggunakan pisau dapur dan mengenai pinggang bagian belakang.
“Barang bukti yang digunakan untuk penusukan adalah sebuah pisau ukuran (panjang) 30, lebar 3,5 sentimeter. Pisaunya milik Purnomo yang diambil dari dapur,” bebernya.
Usai melakukan aksinya, Purnomo langsung melarikan diri ke arah utara. Ia sempat dikejar salah satu jemaah masjid, namun si jemaah ini kehilangan jejak yang bersangkutan.
“Tersangka ini kabur. Pada saat penusukan terus lari ke arah utara, kemudian dikejar oleh salah satu jemaah di situ, akhirnya hilang,” ungkap Mustijat.
Berdasarkan pengakuan Purnomo, selama dua minggu terakhir dirinya berpindah-pindah tempat. Mulanya ia kabur ke Kertosono, lalu ke Nganjuk, hingga akhirnya ia lari ke Kota Kediri.