Salin Artikel

Fakta di Balik Penusukan Warga Nganjuk, Pelaku Kesal Sakitnya Tak Kunjung Sembuh

Purnomo merupakan pelaku penusukan terhadap Sumarsono (54), warga setempat. Korban ditusuk ketika menunaikan shalat Isya berjemaah di Masjid Darus Sa'in, Minggu (1/10/2023) lalu.

“Kami berhasil mengamankan satu orang yang bernama Purnomo Kasidik alias Kembung,” jelas Wakapolres Nganjuk, Kompol Mustijat Priyambodo dalam konferensi pers di Mapolres Nganjuk, Senin (9/10/2023).

Sakit hati

Penusukan tersebut, kata Priyambodo, dilatarbelakangi sakit hati.

“(Motifnya) sakit hati, kesal,” kata dia.

Mustijat menuturkan, kasus ini bermula saat Sumarsono dan koleganya yakni Muhammad Maruf menjanjikan kesembuhan kepada Purnomo pada tahun 2019 silam.

Di lingkungan sekitar, Purnomo diduga dikenal memiliki riwayat gangguan kesehatan mental dan sering kumat-kumatan.

“Tapi sudah sampai tiga tahun, sudah berobat, namun penyakitnya tidak hilang,” tutur Mustijat.

Kesal dengan hal tersebut, Purnomo lantas merencanakan untuk menusuk Maruf saat menunaikan shalat Isya berjemaah di Masjid Darus Sa'in, Minggu (1/10/2023).

“Namun pada saat di lokasi saudara Maruf ini tidak ada, dan yang kelihatan adalah saudara Sumarsono. Akhirnya saudara Sumarsono ini menjadi korban,” ungkapnya.

Pada saat sujud, lanjut Mustijat, tiba-tiba Purnomo menusuk Sumarsono menggunakan pisau dapur dan mengenai pinggang bagian belakang.

“Barang bukti yang digunakan untuk penusukan adalah sebuah pisau ukuran (panjang) 30, lebar 3,5 sentimeter. Pisaunya milik Purnomo yang diambil dari dapur,” bebernya.

Diringkus di Kota Kediri

Usai melakukan aksinya, Purnomo langsung melarikan diri ke arah utara. Ia sempat dikejar salah satu jemaah masjid, namun si jemaah ini kehilangan jejak yang bersangkutan.

“Tersangka ini kabur. Pada saat penusukan terus lari ke arah utara, kemudian dikejar oleh salah satu jemaah di situ, akhirnya hilang,” ungkap Mustijat.

Berdasarkan pengakuan Purnomo, selama dua minggu terakhir dirinya berpindah-pindah tempat. Mulanya ia kabur ke Kertosono, lalu ke Nganjuk, hingga akhirnya ia lari ke Kota Kediri.

“Ke Kertosono, ke Alun-alun Nganjuk, terus baru ke Kediri,” ucap Purnomo saat ditanyai Mustijat dalam sesi konferensi pers.

Purnomo mengaku berpindah-pindah tempat dengan cara naik bus dan berjalan kaki. Adapun ongkos yang ia miliki didapat dari mengamen di jalanan.

“(Ongkos naik bus) ngamen Pak, di rumah-rumah, pakai tepuk tangan,” tuturnya.
Hingga akhirnya keberadaan Purnomo terendus oleh aparat kepolisian. Ia diamankan Satreskrim Polres Nganjuk saat berada di Mojoroto, Kota Kediri.

Kejiwaan diperiksa

Menurut Wakapolres Nganjuk Mustijat, pihaknya akan memeriksa kejiwaan Purnomo, untuk memastikan apakah yang bersangkutan benar-benar mengalami gangguan kesehatan mental atau tidak.

“Katanya memang (punya riwayat) penyakit jiwa. Namun secara legalitas formil kami belum menerima keterangan lanjut dari ahli kejiwaan, kita belum ada,” sebutnya.

“Apakah dia ada penyakit kelainan kejiwaan atau tidak, nanti kami akan membawa ke rumah sakit jiwa untuk dilakukan pemeriksaan kejiwaan,” lanjut Mustijat.

Purnomo mendekam di sel tahanan Polres Nganjuk. Ia terancam 351 ayat 1 dan ayat 2 KHUP.

“Pelaku akan dijerat dengan pasal 351 ayat 1 dan ayat 2, di mana akan dikenakan ancaman hukuman pidana paling lama dua tahun delapan bulan,” pungkas Mustijat.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/10/10/064141778/fakta-di-balik-penusukan-warga-nganjuk-pelaku-kesal-sakitnya-tak-kunjung

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke