Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benteng Van den Bosch, Uniknya Pertahanan Belanda di Tempuran Sungai Bengawan Solo dan Sungai Madiun

Kompas.com - 28/02/2023, 16:40 WIB
Puspasari Setyaningrum

Editor

KOMPAS.com - Benteng Van den Bosch atau Benteng Pendem Ngawi adalah sebuah bangunan peninggalan Hindia Belanda yang kini menjadi obyek wisata sejarah di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.

Lokasi Benteng Van den Bosch tepatnya berada di Kelurahan Pelem, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi.

Baca juga: Benteng Kuto Besak, Pusat Kesultanan Palembang di Tepi Sungai Musi

Benteng ini menempati lahan seluas 15 hektar dengan berbentuk persegi panjang yang memiliki ukuran panjang sekitar 165 meter dan lebar sekitar 80 meter.

Seluruh bangunan Benteng Van den Bosch memiliki gaya bangunan khas Eropa yang keunikannya masih dapat diamati hingga saat ini.

Baca juga: Benteng Fort de Kock, Jejak Belanda di Bukittinggi pada Masa Perang Paderi

Sejarah Benteng Van den Bosch

Dilansir dari laman bappelitbang.ngawikab.go.id, pembangunan Benteng Van den Bosch dilakukan pasca Perang Diponegoro (1825–1830), di mana pada tahun 1825 wilayah Ngawi berhasil direbut dan diduduki oleh Belanda.

Sekitar sembilan tahun setelahnya, Belanda memulai pembangunan Benteng yang berada di sebelah timur laut Ngawi untuk mempertahankan daerah kekuasaannya.

Baca juga: Benteng Vredeburg, Benteng Perdamaian yang Semula Bernama Rustenburg

Sementara dilansir dari laman indonesia.go.id, Benteng Van den Bosch yang memiliki seluas 7.594,2 meter persegi ini dibangun antara tahun 1839 hingga 1845.

Pembangunan Benteng Van den Bosch dilakukan oleh arsitek Belanda, Jacobus von Dentzsch.

Nama benteng ini diambil dari nama Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-43, Johannes Graaf Van Den Bosch.

Van Den Bosch adalah sosok Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang dikenal dengan penerapan sistem tanam paksa atau cultuurstelsel.

Adapun nama Benteng Pendem Ngawi merupakan pemberian masyarakat setempat karena bangunan benteng terletak lebih rendah dari tanah sekelilingnya sehingga dari jauh terlihat seperti terpendam.

Benteng pertahanan ini kemudian dihuni oleh 250 orang tentara Belanda yang bersenjatakan bedil, 60 orang kavaleri, dan 6 meriam api.

Para prajurit menempati barak atau kamar-kamar serupa asrama di lantai dua benteng.

Selain itu, sebagai bangunan pertahanan ada pula bagian bangunan yang digunakan untuk gudang amunisi.

Adapun di bagian bawah tanahnya dibuat semacam penjara untuk menahan para pemberontak dan mereka yang melakukan perlawanan terhadap Belanda.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com