“Saya cukup sering mendengar ucapan terima kasih dari keluarga pasien. Itu membuat saya merasa dihargai,” katanya.
Ucapan-ucapan itu, menurut Ike, menjadi semangat tersendiri untuk terus menjalani profesinya.
Baca juga: Kisah Ibu Hamil Muda yang Sempat Tidur di SPBU, Kini Bangkit Lewat Jualan Pentol
Hingga sat ini, ada satu keyakinan yang selalu dia pegang selama bekerja sebagai caregiver.
“Saya percaya bahwa anak yang merawat orang tuanya yakin sukses,” kata Ike.
Keyakinan itu semakin kuat karena banyak pasiennya memiliki anak-anak yang berhasil dalam karier.
Ike mulai menjadi caregiver sejak September lalu setelah sepuluh tahun bekerja di pengepakan rokok. Suaminya, Rahmat, bekerja sebagai sales obat. Mereka memiliki dua anak.
Untuk mengatur waktu bekerja, Ike bersikap fleksibel. Dia menerima panggilan jika memungkinkan, namun menolak bila anaknya tidak bisa ditinggal.
Sementara itu, perlengkapan yang selalu dia bawa adalah masker, hand sanitizer, dan kaos tangan.
Profesi ini pertama dia kenal dari seorang perempuan di Jakarta yang juga bekerja sebagai caregiver.
Baca juga: Kisah Siti Aisyah, Ibu 5 Anak Berprofesi Penambal Ban Truk di Surabaya
Mereka bertemu melalui media sosial. Dari percakapan itu, Ike mendapat gambaran lengkap tentang profesi yang kini dia tekuni.
Kini sudah ada dua temannya di Sumenep yang ikut bekerja sebagai caregiver.
Meski begitu, Ike belum terpikir membentuk komunitas caregiver. Dia hanya ingin menjalani pekerjaannya sebaik mungkin sambil terus belajar.
"Belum terpikirkan untuk membuat komunitas. Masih fokus terus belajar dulu," kata dia mengakhiri.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang