Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Ibu Hamil Muda yang Sempat Tidur di SPBU, Kini Bangkit Lewat Jualan Pentol

Kompas.com, 1 Desember 2025, 08:58 WIB
Jack Robby Damarjati,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

SIDOARJO, KOMPAS.com - Di antara riuhnya aktivitas kota Sidoarjo yang tak pernah benar-benar sepi, ada kisah seorang ibu muda berusia 24 tahun yang bertahan hidup dengan cara yang nyaris tak terbayangkan.

Kisah itu milik Endang Susilowati, perempuan yang kini dikenal sebagai penjual pentol di Jalan Sultan Agung, Kota Sidoarjo.

Jauh sebelum memiliki gerobak kecil yang kini menjadi sumber rezekinya, Endang pernah melewati masa paling suram dalam hidupnya.

Kala itu Endang bersama sang suami, Sugianto, 3 tahun yang lalu datang ke Surabaya dengan harapan bisa memulai hidup baru.

"Waktu jaman Covid itu, suami kena pengurangan karyawan di pabrik kayu di Jember, jadi kami nekat ke Surabaya buat cari kerja," ujar Endang sembari tersenyum tipis, Minggu (30/11/2025).

Baca juga: Perjuangan Aminah, Dari Warkop Sederhana Berhasil Sekolahkan Anak hingga Perguruan Tinggi

Tak memiliki tujuan jelas maupun sanak keluarga yang bisa dituju, pasangan muda itu akhirnya terpaksa mengistirahatkan tubuh mereka di sebuah SPBU di kawasan Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo.

Ironisnya, pada saat itu Endang tengah mengandung anak pertama mereka. Usia kandungan baru satu bulan.

"Karena kami nggak punya saudara di Surabaya sama di Sidoarjo, akhirnya kami nekat tidur di SPBU Jenggolo itu. Kami bermalam di SPBU itu sampai 3 malam, padahal waktu itu saya hamil 1 bulan," ujarnya sambil mengingat.

Demi bertahan hidup dan memastikan asupan gizi bagi janin yang dikandungnya selama berada di rantau, Endang dan suami mengambil keputusan yang cukup berat, yakni menjual satu-satunya barang berharga yang masih mereka miliki kepada warga setempat, seharga Rp 400.000.

"Uang sudah habis, buat makan nggak ada, kami terpaksa menjual satu-satunya barang berharga kami, waktu itu terjual cuma 4 ratus ribu," tambah Endang.

Di tengah keputusasaan itu, takdir berkata lain. Di sela-sela uang terakhir yang mereka miliki, Endang dan suaminya dipertemukan dengan seorang penjual pentol yang biasa mangkal di sudut SPBU.

Baca juga: Di Balik Keringat Zubaidah Setiap Hari Banting Tulang, Ada Masa Depan 3 Anak yang Dipertaruhkan

Sang suami kemudian diajak bertemu dengan pemilik usaha pentol tersebut. Dari pertemuan singkat itulah, mereka akhirnya memutuskan untuk ikut berjualan pentol.

"Uang 4 ratus ribu itu kami gunakan buat makan dan cari kost. Alhamdulillah waktu itu kami pertemukan sama orang bos pentol."

"Akhirnya kami terima dan kami mulai jualan pentol dengan bagi hasil 30 persennya kami setorkan ke pemilik usaha, sisanya kami tabung sendiri," ucapnya.

Tak hanya sekadar menjual, perlahan-lahan Endang dan suaminya belajar membuat pentol.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau